Minggu, 27 Juli 2014

Interview With Mario Teguh

JANGAN PERNAH MEYAKINI BAHWA ENGKAU LEMAH T: Om, waktu muda takut gagal? Tidak. Saya galau, ngomel, dan marah kalau gagal. Tapi saya tidak pernah takut gagal. Saya sering gagal, bukan karena tidak tahu atau tidak bisa, tapi karena meminta terlalu banyak pekerjaan. T: Terus, waktu muda itu Om Mario pernah minder? Bukan minder lagi, saya minder bin kuper bin defisit. Untungnya keinginan saya kuat. Keinginan tahu saya lebih besar dari rasa minder saya. Keinginan saya untuk menjadi bisa - lebih besar daripada rasa malu saya. Keinginan saya untuk menjadi berpengaruh bagi kebaikan sesama - lebih besar dari rasa kikuk saya berbicara di depan banyak orang. T: Om Mario, waktu muda, nyangka gak jadi kaya' sekarang? Tidak. Tapi saya belajar dan bekerja keras supaya dijadikan oleh Tuhan seperti yang saya inginkan. T: Jadi, kalau begitu bukan kelemahan yang menghalangi kita ya Om? Bukan. Meyakini kelemahan adalah kelemahan yang sesungguhnya. Sahabat saya yang baik hatinya, Pribadi sederhana yang apa adanya, lebih mudah terlihat kebaikannya, sehingga cepat dipercaya dan dipilih. Orang yang menuntut semuanya sempurna menyebabkan ketegangan, dan dicurigai kemasuk-akalannya. Sehingga, pribadi yang sederhana dan tulus mengupayakan kebaikan, akan dipercaya dan dipilih untuk melaksanakan tugas yang penting, untuk menjadi partner bisnis, atau untuk menjadi belahan jiwa. Sedangkan orang yang sibuk menuntut semuanya sempurna, akan lebih mudah mengeluhkan yang sudah ada padanya, cenderung mengkritisi, dan menyebabkan orang lain menghindari hubungan dekat dan jangka panjang dengannya. Sesungguhnya, kesempurnaan adalah kesederhanaan yang disyukuri. Jangan pernah meyakini bahwa engkau lemah. Yakini bahwa engkau belum menggunakan kekuatanmu. Dengan itu, mudah-mudahan kekuatan sejati dari jiwa hebat yang ada di dalam ragamu itu mencemerlang, dan menjadikanku pribadi yang damai dalam kewenanganmu, yang anggun dalam pengaruhmu, dan yang bergembira dengan ijin yang kau terima sebagai pelayan bagi kebahagiaan sesamamu. Dengannya, engkau menjadi pemimpin yang sejatinya pemimpin. Bukan yang abal-abal, yang suka merajut dusta dan mengorkestrakan kepalsuan. Semoga Tuhan menjadikanmu pemimpin yang amanah, yang membawa kami ke kehidupan yang madani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar