Minggu, 27 Juli 2014

CONTOH SKRIPSI TESIS DISERTASI MIPA UNIVERSITAS TENTANG PENCEMARAN UDARA

BABI
PENDAHULUAN
Lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan Indonesia berada di ambang kehancuran akibat eksploitasi yang berlebihan selama kurun waktu lebih dari tiga dekade. Rakyat semakin terpinggirkan dan termarjinalkan hak-haknya untuk hidup yang layak. Selain itu, kelompok masyarakat yang paling rentan adalah penerima dampak terbesar dari adanya suatu kerusakan. Hal ini perlu untuk segera mengembalikan kedaulatan rakyat atas sumber-sumber kehidupan
dan meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap ancaman atas sumber-sumber kehidupan mereka.
UU 23/1997 mendefinisikan lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang
dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, secara eksplisit, dapat
dinyatakan bahwa tingkat kelangsungan perikehidupan dan kesejahteran manusia
ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup. Pengertian lingkungan hidup tercakup
pula apa yang didefinisikan sebagai sumberdaya alam: “Sumber daya alam
adalah semua benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang
merupakan hasil proses alamiah, baik hayati maupun nonhayati, terbarukan
maupun tidak terbarukan.” Agraria mendefinisikan lingkungan hidup, yaitu
seluruh bumi, air, ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya (menurut UU No.5 Tahun 1960).
Adapun ketahanan dan keberlanjutan ekologi mengacu kepada ketersediaan
daya dukung tanah, air, udara, dan keanekaragaman kehidupan dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ketahanan sosial mengacu kepada
daya dukung kelembagaan sosial, baik pada aspek politik, ekonomi, dan budaya;
sehingga reformasi pengelolaan lingkungan hidup harus mengacu kepada upaya
penguatan ketahanan dan keberlanjutan ekologi dan sosial ini.
Pada umumnya, di kota-kota besar terjadi pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang amat pesat, sehingga meningkatnya tempat-tempat
pemukiman, transportasi, dan perindustrian dalam rangka memenuhi kebutuhan
manusia itu sendiri baik berupa sarana dan prasarana. Selain itu, kemajuan
teknologi yang dicapai oleh manusia dalam upaya untuk meningkatkan kualitas
dan kenyamanan hidupnya memberi dampak yang positif dan negatif . Dampak
negatifnya berupa kerugian bagi keseimbangan lingkungan hidup.
Salah satu bentuk dampak negatifnya, yaitu sulitnya untuk memperoleh
udara berkualitas baik dan bersih. Pencemaran udara yang terjadi merupakan
masalah pencemaran lingkungan yang terberat bagi daerah perkotaan. Akibat
pencemaran udara dapat membahayakan kesehatan manusia, kelestarian tanaman
dan hewan, dapat merusak bahan-bahan, menurunkan daya penglihatan, serta
menghasilkan bau yang tidak menyenangkan (BAPEDAL, 1999).
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas
udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1988).
Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha yang mengarah kepada
pencegahan atau berkurangnya pencemaran udara. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran udara adalah penghijauan atau
pengadaan hutan kota (ruang terbuka hijau); dapat berbentuk tanaman, jalur hijau,
kebun, pekarangan, dan hutan yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota
(Fakuara, 1987), dan dapat menyediakan oksigen yang diperlukan oleh manusia
dan menurunkan kadar beberapa pencemar udara (Grey dan Deneke, 1978).
Secara khusus, di dalam UUD 45 yang menyangkut langsung hak atas
lingkungan hidup terdapat di dalam Pasal 28 G ayat 1: “Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan."
Kemudian dalam Pasal 33 ayat 2: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara,”
pada ayat 3: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,”
serta ayat 4: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
PENGERTIAN UDARA DAN UDARA TERCEMAR
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan dan
selalu berubah dari waktu ke waktu. Komponen yang konsentrasinya paling
bervariasi adalah air yang berupa uap air dan karbon dioksida. Jumlah air yang
terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz, 1992).
Wallace and Hobbs (1977) dan Barry (1976), menyatakan bahwa udara dalam
istilah meteorologi disebut dengan atmosfir. Atmosfir merupakan campuran gas3
gas yang tidak bereaksi satu dengan lainnya (innert). Menurut Rozari (1986),
atmosfir terdiri dari selapis campuran gas-gas, sehingga sering tidak tertangkap
oleh indera manusia kecuali apabila berbentuk cairan (uap air) dan padatan (awan
dan debu). Lutgens dan Tarbuck (1982) menyatakan bahwa lapisan atmosfir
mempunyai ketinggian sekitar 110 km dari permukaan tanah dan bagian terbesar
berada di bawah ketinggian 25 km, karena tertahan oleh gaya gravitasi bumi.
Kastiyowati (http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp), menyatakan bahwa
udara mengandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi
kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara yang normal
merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 % Ar ; 0,03 %
CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen
(H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan
gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah
tercemar/terpolusi. Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfir pada
keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh 4 gas penyusun atmosfir, yaitu
78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan 0,032% CO2; sedangkan gas-gas lainnya
sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara kering , yaitu semua uap air telah
dihilangkan dan relatif konstan. Komposisi udara kering yang bersih
dikumpulkan di sekitar laut, dapat dilihat pada Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Komposisi udara kering dan bersih
KomponenKonsebtrasi dalam volume
(ppm)(%)
Nitrogen (N2)780.90078,9
Oksigen (O2)209.50020,95
Argon (Ar) 9.300 0,939.3000,93
Karbon dioksida (CO2)3200,032
Neon (Ne) 18 1,8 x 10-3181,8 x 10-3
Helium (He) 5,2 5,2 x 10-45,25,2 x 10-4
Metana (CH4) 1,5 1,5 x 10-41,51,5 x 10-4
Kripton (Kr) 1,0 1,0 x 10-40,51,0 x 10-4
H20,25,0 x 10-5
H2O0,12,0 x 10-5
CO0,81,0 x 10-5
Xe0,088,0 x 10-6
O30,22,0 x 10-6
NH30,0066,0 x 10-7
NO20,0011,0 x 10-7
NO0,00066,0 x 10-8
SO20,00022,0 x 10-8
H2S0,00022,0 x 10-8
Sumber : Giddings (1973)
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa keempat gas penyusun (N2, O2, Ar, dan CO)
sebesar 99,99 % dari volume gas kering. Nitrogen dalam keadaan murni di alam,
sulit dimanfaatkan atau diserap oleh makhluk hidup. Tumbuh-tumbuhan dan
4
hewan akan menyerap nitrogen apabila berbentuk persenyawaan. Senyawa
nitrogen dalam bentuk amonia dan nitrogendioksida, dalam kadar yang sangat
kecil terlarut dalam air hujan. Lebih lanjut, Kastiyowati
(http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp) menjelaskan bahwa akibat aktifitas
perubahan manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini
dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan
kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen
kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran
udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari
lingkungannya. Kemungkinan di suatu tempat dijumpai debu yang bertebaran
dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang
terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.
Udara yang belum tercemar selain mengandung uap air, gas-gas innert juga
mengandung aerosol yaitu campuran partikel-partikel padat dan cair yang sangat
halus. Aerosol berupa partikel cair atau padat yang tersuspensi di dalam gas.
Ukuran partikel aerosol antara 0,001 – 100 um. Partikel-partikel yang
berdiameter kurang dari 2,5 um pada umumnya dianggap halus dan partikel yang
berdiameter lebih besar dari 2,5 um dianggap kasar. Pada udara, selain gas juga
terdapat aerosol yang terdiri dari partikel debu, abu, garam, dan asap. Jenis
aerosol yang dominan di udara yang mengakibatkan pencemaran, seperti
tercantum pada Tabel 2. di bawah ini.
Tabel 2. Komposisi aerosol di atmosfir bumi
Jenis aerosol Persentasi (%)
Debu 20
Abu 10
Garam 40
Asap 5
Spora, Virus dll. 25
Total 100
Sumber : Rogers dalam Harmantyo (1989)
Pada umumnya, kota-kota besar mempunyai konsentrasi aerosol yang
relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan di lautan. Sumber aerosol ada dua
macam, yaitu primer dan sekunder. Aerosol primer, yaitu aerosol yang
dikeluarkan langsung dari berbagai sumber (contoh : debu yang terbawa oleh
udara sebagai akibat adanya angin atau partikel-partikel asap yang dikeluarkan
dari ceroong asap). Aerosol sekunder mengikuti pada partikel-partikel yang
dihasilkan di dalam atmosfir yang mengalami reaksi-reaksi kimia dari komponenkomponen
gas.
Lutgens dan Tarbuck (1982) dan Fardiaz (1992) menyatakan bahwa udara
tidak akan pernah bersih; beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen
sulfide (H2S), dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara karena
senantiasa ada sumber polusi alami seperti asap dari letusan gunung berapi, spora
5
dari tanaman, asap dari kebakaran hutan dan sampah, gas-gas yang dihasilkan
oleh pembusukan sampah. Selain itu, partikel-partikel padatan atau cairan
berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angin, letusan gunung berapi, atau
gangguan alam lainnya, seperti erosi tanah. Sumber polusi selain alami, yaitu
karena adanya aktivitas manusia.
Konsentrasi CO2 di udara selalu rendah (sekitar 0,03%), banyak dijumpai di
daerah pegunungan, di atas kebun, ladang tanaman yang sedang tumbuh, atau
lautan. Konsentrasi yang relatif rendah ini disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh
tanaman selama fotosintesis dan karena kelarutan CO2 di dalam air. Tumbuhtumbuhan
dalam ekosistem berperan sebagai produsen pertama yang mengubah
energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk hidup lain dan mengubah
CO2 menjadi O2, sehingga penghijauan dapat menangani krisi lingkungan di
perkotaan karena dapat berperan mengrangi CO2 dan zat pencemar lainnya.
Namun, tidak semua pohon tahan terhadap zat pencemar, karena zat pencemar
dapat merusak perkembangan daun dan pertumbuhan tanaman. Diduga ketahanan
setiap jenis tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat genetik antara lain morfologi
daun (bentuk dan permukaan daun) dan anatomi daun ( kerapatan dan letak
stomata).
Pengertian pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya
tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1988). BAPEDAL (1999),
mendefinisikan bahwa pencermaran udara adalah adanya kontaminasi atmosfir
oleh gas, cairan atau limbah padat serta produk samping dalam konsentrasi dan
waktu sedemikian rupa yang mengakibatkan gangguan, kerugian atau memiliki
potensi merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbuhtumbuhan
dan benda serta menciptakan ketidak nyamanan. Selain itu, dapat
membahayakan daya penglihatan dan menghasilkan bau yang tidak
menyenangkan. Pengertian lain dari KLH (1987), World Bank (1978), dan Canter
(1977) menyatakan bahwa pencemara udara adanya atau masuknya satu atau lebih
zat pencemar atau kombinasinya di atmosfir dalam jumlah dan waktu tertentu baik
yang masuk ke udara secara alami maupun aktivitas manusia, yang dapat
menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan, dan terhadap harta
benda atau terganggunya kenyamanan dan kenikmatan hidup dan harta benda.
Pencemaran udara tidak mengenal secara tegas batas wilayah pengaruhnya, baik
di kota maupun di daerah-daerah lainnya. Masalah yang ditimbulkan oleh
pencemaran udara bahkan dapat meliputi ruang lingkup antar negara. Hal ini,
disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi penyebaran, seperti volume
bahan pencemar, geografis, topografi, dan klimatologi. Akan tetapi, Kastiyowati
(http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp), menyatakan bahwa pencemaran
udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing
atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara
mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan,
ekosistem yang berkaitan dengan manusia.
6
Jenis-jenis pencemaran udara, yaitu menurut bentuk (gas, partikel ) dan
menurut tempat (ruangan /indoor dan udara bebas /outdoor) . Gangguan
kesehatan : Iritansia, asfiksia, anetesia, toksis . Menurut asal : primer, sekunder.
Bahan atau Zat pencemaran udara dapat berbentuk gas dan partikel :
Pencemaran udara berbentuk gas dapat dibedakan menjadi :
  • • Golongan belerang terdiri dari sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida
(H2S) dan sulfat aerosol.
  • • Golongan nitrogen terdiri dari nitrogen oksida (N2O), nitrogen monoksida
(NO), amoniak (NH3) dan nitrogen dioksida (NO2).
  • • Golongan karbon terdiri dari karbon dioksida (CO2), karbon monoksida
(CO), hidrokarbon .
  • • Golongan gas yang berbahaya terdiri dari benzen, vinyl klorida, air raksa
uap.
Pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi :
  • • Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
  • • Bahan organik terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, Benzen.
  • • Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
Pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya ada dua macam :
  • • Pencemaran udara bebas (Out door air pollution), sumber pencemaran
udara bebas: alamiah, berasal dari letusan gunung berapi, pembusukan,
dll. Kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah
tangga, asap kendaraan, dll.
  • • Pencemaran udara ruangan (In door air pollution), berupa pencemaran
udara didalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran
ataupun gedung tinggi.
Pencemaran udara dapat pula dikelompokkan ke dalam :
  • • Pencemar primer. Polutan yang bentuk dan komposisinya sama dengan
ketika dipancarkanlazim disebut sebagai pencemar primer, antara lain
CO, CO2, hidrokarbon, SO, nitrogen oksida, ozon serta berbagai partikel.
  • • Pencemar sekunder. Berbagai bahan pencemar kadangkala bereaksi satu
sama lain menghasilkan jenis pencemar baru, yang justru lebih
membahayakan kehidupan. Reaksi ini dapat terjadi secara otomatis
ataupun dengan cara bantuan katalisator, seperti sinar matahari. Pencemar
hasil reaksi disebut sebagai pencemar sekunder. Contoh pencemar
sekunder adalah Ozon, formal dehidadan Peroxy Acyl Nitrate (PAN).
III. PENYEBAB PENCEMARAN UDARA
Sumber pencemaran udara berdasarkan pergerakannya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Krisnayya dan Bedi, 1986 dan Sutamihardja,
1985 dan KLH 1987 ):
1. Sumber pencemaran yang tidak bergerak (industri, pemukiman, dan
pembangkit tenaga listrik) yang menghasilkan unsur-unsur polutan ke
atmosfir sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen, CO, partikelpartikel
padat, hidrogen sulfida (H2S), metil merkatan (CH3SH), NH3, gas
klorin, H2S, flour, timah hitam, gas-gas asam, seng, air raksa, kadmium,
arsen, antimon, radio nuklida, dan asap
2. bergerak (kendaraan bermotor atau transportasi) yang menghasilkan CO,
SO2, oksida nitrogen, hidrokarbon, dan partikel-partikel padat.
Menurut Andrews (1972), penyebab pencemaran udara terbagi tiga kelompok,
yaitu
1. Gesekan permukaan, seperti menggergaji, menggali, gesekan (gosokan)
dari beberapa bahan (aspal, tanah, besi, dan kayu) yang membuang
partikel padat ke udara dengan berbagai ukuran.
2. Penguapan yang berasal dari cairan yang mudah menguap, seperti bensin,
minyak cat, dan uap yang dihasilkan oleh industri logam, kimia dan
lainnya.
3. Pembakaran, seperti pembakaran bahan bakar fosil (minyak, solar, bensin,
batubara, pembakaran hutan, dsb.). Pembakaran tsb. merupakan proses
oksidasi sehingga menghasilkan gas-gas CO2, CO, SOx, NOx, atau
senyawa hidrokarbon yang tidak terbakar dengan sempurna.
Selanjutnya, Hehanusa (1986), menjelaskan bahwa sumber pencemar udara
terutama SOx dan NOx dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu dari alam,
anthropogenik, dan campuran antara keduanya. Proses alam yang banyak
menyebabkan peningkatan konsentrasi SOx dan NOx di udara adalah : (1) Proses
dekomposisi biologis, (2) Kegiatan yang berhubunan dengan vulkanik, (3)
Aktivitas geotermal, dan (4) Kilat atau petir. Sumber pencemar anthropogenik
atau akibat aktivitas manusia adalah dipakainya secara besar-besaran bahan bakar
fosil. Sumber pencemar campuran antara keduanya adalah pemakaian pupuk di
bidang pertanian yang melalui proses biologis akan melepaskan SOx dan NOx ke
udara dan pembakaran hutan.
Hasil kunjungan ke http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara
(Anonimus) menyatakan bahwa di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran
udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik
terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox).
Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended
particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh
karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga yang mencakup 41% dari sumber debu di
Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempattempat
padat di Jakarta, konsentrasi timbal bisa mencapai 100 kali dari ambang
batas. Sementara itu, laju pertambahan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai
15% per tahun sehingga pada tahun 2005 diperkirakan jumlah kendaraan
bermotor di Jakarta mencapai 2,8 juta kendaraan. Seiring dengan laju
pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar juga akan
mengalami peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang
dilepaskan ke udara.
Tahun 1999, konsumsi premium untuk transportasi mencapai 11.515.401
kilo liter [Statistik Perminyakan Indonesia, Laporan Tahunan 1999 Direktorat
Jenderal Minyak dan Gas Bumi]. Setiap liter premium yang diproduksi,
terkandung timbal (Pb) sebesar 0,45 gram, sehingga jumlah Pb yang terlepas ke
udara total sebesar 5.181,930 tonJakarta Urban Development Project, menduga
bahwa konsentrasi timbal di Jakarta mencapai 1,7-3,5 mikrogram/meter kubik
(ìg/m3) pada tahun 2000. Menurut Bapedalda Bandung, konsentrasi hidrokarbon
mencapai 4,57 ppm (baku mutu PP 41/1999: 0,24 ppm), NOx mencapai 0,076
ppm (baku mutu: 0,05 ppm), dan debu mencapai 172 mg/m3 (baku mutu: 150
mg/m3).
Tugaswati (1993), melaporkan hasil pemantauan kualitas udara pada lokasi
Rawasari menunjukkan bahwa kadar rata-rata TSP, NO2 dan SO2 masing-masing
sebesar 148 Hg/m3, 9,28 Hg/m3 dan 1,06 Hg/m3. Pada lokasi Pulogadung
didapatkan kadar rata-rata TSP NO2 dan SO2 masing-masing sebesar 168 Hg/m3,
14,7 Hg/m3 dan 0,79 Hg/m3 . Kadar rata-rata dari parameter NO2 dan SO2 di
kedua lokasi pemantauan tidak melampaui batas kadar maksimum yang
ditetapkan dalam Kriteria kualitas udara Ambien untuk wilayah DKI Jakarta.
Kadar rata-rata TSP pada lokasi stasiun Pulogadung dan Rawasari masih
memenuhi kriteria. Kadar TSP tahun 1992 ini cenderung menurun jika
dibandingkan dengan tahun 1991, sedangkan untuk parameter NO2 dan SO2
mengalami peningkatan yang berarti. Ini menunjukkan bahwa pencemaran gas
sudah harus mulai mendapatkan perhatian khusus. Selanjutnya, Anonim (hasil
kunjungan ke http://www.bappedajakarta.go.id/udara.html) menambahkan bahwa
sumber pencemaran udara di DKI Jakarta umumnya disebabkan oleh jenis
kegiatan seperti industri pengolahan, transportasi, dan kegiatan keseharian rumah
tangga. Di wilayah DKI Jakarta terdapat berbagai jenis industri yang berpotensi
mencemari udara, antara lain industri makanan, industri minuman, industri kayu
dan olahan kayu, industri kimia dasar, industri mineral nonlogam, industri logam
dasar, dan industri tekstil. Akan tetapi, sumber pencemaran udara yang cukup
penting adalah yang berasal dari lalu lintas kendaraan bermotor. Pencemaran
udara yang paling tinggi terdapat di ruas-ruas jalan yang paling padat lalu
lintasnya dan rawan kemacetan.
IV. DAMPAK PENCEMARAN UDARA
Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan
terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan
berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan
kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara
berbeda-beda antarindividu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok
individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat,
kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih aktif dan
dengan demikian menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak
menghirup zat-zat pencemar.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi
anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan
9
belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran,
mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti
ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan
mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi
wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan
terakumulasi dalam ASI. Diperkirakan nilai sosial setiap tahun yang harus
ditanggung akibat pencemaran timbal ini sebesar 106 juta dollar USA atau sekitar
850 miliar rupiah.
Pencemaran akibat asap yang sudah mencapai bahaya ditandai dengan
adanya peningkatan kadar debu di udara, yang disebut dengan Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) . Harian Suara Pembangunan (2004a), memberitakan
bahwa peristiwa kebakaran hutan di Jambi yang terjadi mulai bulan Agustus –
September 2004 mengakibatkan adanya peningkatan penderita infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) sebanyak 72,34 % (5.203 menjadi 8.967 orang) pada
September 2004 jika dibandingkan dengan Juli 2004. Penyakit ini, banyak
menyerang pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita). Penderita ISPA
diperkirakan akan meningkat, karena kebakaran tetap berlangsung. Penyebab
ISPA disebabkan oleh ISPU Jambi telah mencapai ambang bahaya sekitar 300 –
500 mm.
Suara Pembangunan (2004b), memberitakan juga tentang anak-anak
sekolah menjadi terganggu baik pada pernafasan maupuin pada mata dengan
adanya pencemaran udara (yang berupa asap yang tebal) ; sehingga pemerintah
menginstruksikan dengan meliburkan sekolah mulai dari TK sampai dengan
SMU. Hal ini suatu kerugian yang besar bagi masyarakat daerah tsb. karena
terjadi penghambatan pencerdasan masyarakat secara perlahan-lahan. Apabila
suatu daerah sering melakukan peliburan berlangsungnya suatu pendidikan, maka
lama kelamaan daerah tsb akan mengalami keterbelakangan dalam suatu ilmu jika
dibandingkan dengan daerah lain yang lebih aman udaranya. Selanjutnya, Anonim
hasil kunjungan ke http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan, telah
menjelaskan bahwa bukan janin dalam kandungan saja yang ikut terancam
kehilangan kualitas kecerdasan, tapi juga anak-anak dalam masa tumbuh
kembang. Timbel alias timah hitam ikut mencemari sayur dan buah-buahan yang
dikonsumsi anak-anak. Beberapa tahun yang lalu United Nations Environmental
Programme (UNEP) telah menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi nomor tiga
di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Bisa dibayangkan betapa parahnya
ancaman polutan emisi gas buang di metropolitan ini.
Padahal tanpa harus berhadapan dengan fakta tersebut, anak Indonesia sudah
tergolong lemah dan memiliki angka kematian tinggi.
Hal lain yang patut dicermati adalah polusi udara akibat asap rokok. Ibu
hamil yang menghisap rokok bisa berakibat fatal terhadap janin yang
dikandungnya. Pembuluh darah sang ibu akan mengecil sehingga suplai darah ke
calon bayi terhalang. Akan banyak dampak yang diderita oleh bayi, yaitu
pertumbuhan badan terhambat dan juga kemampuan mental menjadi terlambat.
Gizi memang masih menjadi faktor utama bagi perkembangan otak, tetapi juga
jangan meremehkan faktor lain seperti polusi udara. Dan yang lebih
memprihatinkan, kendati polusi udara di Indonesia tergolong tinggi, tidak ada
satu pun ahli kesehatan udara yang tersedia. Bahkan bidang studinya pun belum
tersedia di semua perguruan tinggi. Pada negara maju kehadiran seorang dokter
10
ahli kesehatan udara sangat diperlukan dalam pembangunan proyek-proyek
gedung di kota besar.
Kastiyowati (http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp), menyatakan
bahwa dampak/pengaruh pencemaran udara bisa mempengaruhi terhadap
makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak langsung yang terdapat pada
Tabel 3 dan Tabel 4
Tabel 3. Dampak pencemaran udara berupa gas
No Bahan pencemar Sumber Dampak/akibat pada
individu/masyarakat


NoBahan pencemarSumberDampak/akibat padaindividu/masyarakat
1.Sulfur Dioksida(SO2)Batu bara atau bahanbakar minyak yang
mengandung Sulfur.
Pembakaran limbah
pertanah.
Proses dalam industri
Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafassehingga menimbulkan gejala batuk dan
sesak nafas.
2.Hidrogen Sulfa(H2S)Dari kawah gunungyang masih aktif.Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapatmerusak indera penciuman (nervus olfactory)

3.Nitrogen Oksida(N2O)
Nitrogen
Monoksida (NO)
Nitrogen
Dioksida (NO2
Berbagai jenispembakaran.
Gas buang kendaran
bermotor.
Peledak, pabrik pupuk
Menggangu sistem pernapasan.Melemahkan sistem pernapasan paru dan
saluran nafas sehingga paru mudah terserang
infeksi.
4.Amoniak (NH3Proses IndustriMenimbulkan bau yang tidaksedap/menyengat.
Menyebabkan sistem pernapasan,
Bronchitis, merusak indera penciuman.
5.Karbon Dioksida(CO2)Karbon
Monoksida
(CO)Hidrokarbon
Semua hasilpembakaran.Proses
Industri
Menimbulkan efek sistematik, karenameracuni tubuh dengan cara pengikatan
hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi
jaringan tubuh akaibatnya apabila otak
kekurangan oksigen dapat menimbulkan
kematian.
Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan
gangguan berfikir, gerakan otot, gangguan
jantung.

Tabel 4. Penanggulangan pencemaran udara benbentuk gas
No Bahan pencemar Penanggulangan Keterangan

No.Bahan pencemarPenanggulanganKeterangan
 Sulfur Dioksida(SO2)
Hidrogen Suldfida
(H2S)
Nitrogen Oksida
(N2O)
Nitrogen Monoksida
(NO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Amoniak (NH3)
Karbondioksidak
(CO2)Karbon
Monoksida
(CO)Hidrokarbon
AbsorbsiDalam proses adsorbsi dipergunakanbahan padat yang dapat menyerap
polutan. Berbagai tipe adsorben yang
dipergunakan antara lain karbon aktif dan
silikat. Adsorben mempunyai daya
kejenuhan sehingga selalu diperlukan
pergantian, bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan kemudian
dipakai kembali.
  PembakaranMempergunakan proses oksidasi panasuntuk menghancurkan gas hidrokarbon
yang terdapat didalam polutan. Hasil
pembakaran berupa (CO2) dan (H2O).
Alat pembakarannya adalah Burner
dengan berbagai tipe dan temperaturnya
adalah 1200o—1400o F
  Reaksi KimiaBanyak dipergunakan pada emisigolongan Nitrogen dan golongan Belerang.
Biasanya cara kerja ini merupakan
kombinasi dengan cara - cara lain, hanya
dalam pembersihan polutan udara
dengan reaksi kimia yang dominan.
Membersihkan gas golongan nitrogen ,
caranya dengan diinjeksikan Amoniak
(NH3) yang akan bereaksi kimia dengan
Nox dan membentuk bahan padat yang
mengendap. Untuk menjernihkan
golongan belerang dipergunakan Copper
Oksid atau kapur dicampur arang.

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan secara tidak langsung.
Pencemaran udara selain berdampak langsung bagi kesehatan manusia/individu,
juga berdampak tidak langsung bagi kesehatan. Efek SO2 terhadap vegetasi dapat
menimbulkan pemucatan pada bagian antara tulang atau tepi daun. Emisi oleh
fluor (F), sulfur dioksida (SO2) dan ozon (O3) mengakibatkan gangguan proses
asimilasi pada tumbuhan. Pada tanaman sayuran yang terkena/mengandung
pencemar Pb mempunyai potensi bahaya terhadap kesehatan masyarakat apabila
tanaman sayuran tersebut dikonsumsi oleh manusia.
Pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan
kesehatan dibedakan menjadi 3 jenis :
Irintasia. Biasanya polutan ini bersifat korosif, merangsang proses
peradangan hanya pada saluran pernapasan bagian atas, yaitu saluran pernapasan
mulai dari hidung hingga tenggorokkan. Misalnya sulfur dioksida, sulfur
trioksida, amoniak, dan debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas
dan juga dapat mengenai paru-paru itu sendiri.
Asfiksia. Hal ini terjadi karena berkurangnya kemampuan tubuh dalam
menangkap oksigen atau mengakibatkan kadar O2 menjadi berkurang. Keracunan
gas karbon monoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin, sehingga
kemampuan hemoglobin mengikat O2 berkurang dan terjadilah asfiksia.
Penyebabnya adalah gas nitrogen, oksida, metan, gas hidrogen dan helium.
AnestesiaBersifat menekan susunan syaraf pusat sehingga kehilangan
kesadaran, misalnya aeter, aetilene, propan,e dan alkohol alifatis.
ToksisTitik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu : menimbulkan
gangguan pada sistem pembuatan darah, misalnya benzene, fenol, toluen dan
xylene. Keracunan terhadap susunan syaraf, misalnya karbon disulfid, metil
alkohol.

V. PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA
Penanggulangan pencemaran udara tidak dapat dilakukan tanpa
menanggulangi penyebabnya. Mempertimbangkan sektor transportasi sebagai
kontributor utama pencemaran udara, maka sektor ini harus mendapat perhatian
utama. Hal ini hasil kunjungan ke http://www.wakhi.or.id/kampanye/cemar/udara
pada tanggal 21 September 2004 (Advokasi Pencemaran Udara), dengan saran
berikut ini.
  • • WALHI menyerukan kepada pemerintah untuk memperbaiki sistem
transportasi dengan sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan dan
terjangkau oleh publik. Prioritas utama harus diberikan pada sistem
transportasi massal dan tidak berbasis kendaraan pribadi.
  • • WALHI juga menyerukan kepada pemerintah untuk segera memenuhi
komitmennya untuk memberlakukan pemakaian bensin tanpa timbal.
  • • Di sektor industri, penegakan hukum harus dilaksanakan bagi industri
pencemar.
Kastiyowati (http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp), menyatakan
bahwa penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara
mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendispersikan polutan, Penanggulangan pencemaran udara berbentuk gas di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Dampak pencemaran udara berupa partikel
No.BahanpencemarSumberDampak/akibat pada individu/masyarakat
 Debu -partikelDebu domestikmaupun dari
industri
Gas buang
kendaraan
bermotor
Peleburan timah
hitamPabrik
battere
Menimbulkan iritasi mukosa, Bronchitis, menimbulkanfibrosis paru.
Dampak yang di timbulkan amat membahayakan,
karena dapat meracuni sistem pembentukan darah
merah .
Menimbulkan gangguan pembentukan sel darah
merahPada anak kecil menimbulkan penurunan
kemampuan otakPada orang dewasa menimbulkan
anemia dan gangguan tekanan darah tinggi.
 BenzenKendaraanbermotor.Daerah
industri.
Menimbulkan gangguan syaraf pusat.
 Partikelpolutan bersifat
biologis
berupa :
Bakteri,
jamur, virus,
telur cacing.
Daerah yangkurang bersih lingkungannyaPada pencemaran udara ruangan yang ber ACdijumpai beberapa jenis bakteri yang mengakibatkan penyakit pernapasan.
Tabel 6. Penanggulangan pencemaran udara berbentuk partikel
No.Bahan pencemarPenanggulanganKeterangan
 Debu partikelTimah hitam
(Pb)
Benzen
Partikel polutan
bersifat biologis
berupa :Bakteri,
jamur, virus,
telur cacing.
Membersihkan(Scrubbing)Menggunakan filter
Mempergunakan Kolektor
MekanisProgram langit biru
Menggalakkan penanaman Tumbuhan
Mempergunakan cairanuntuk memisahkan
polutan, dalam keadaan
alamiah (turun hujan)
maka polutan partikel
dapat turut dibawa
bersama air hujan. Alat
scrubbing ada berbagai
jenis, yaitu berbentuk
plat, masif, fibrous dan
spray.
Dengan filtrasi
dimaksudkan
menangkap polutan
partikel pada permukaan
flter. Filter yang
digunakan berukuran
sekecil mungkin.
Dengan menggunakan
tenaga gravitasi dan
tenaga kinetis atau
kombinasi untuk
mengendapkan polutan
partikel. Sebagai
kolektor dipergunakan
gaya sentripetal yang
memakai silikon.
Semakin besar partikel
secepat mungkin proses
pembersihan
Program langit biru yang
dikumandangkan oleh
pemerintah Indonesia
adalah mengurangi
pencemaran udara,
khususnya dari akibat
transportasi. Ada 3
tindakan yang dilakukan
terhadap pencemaran
udara akibat transportasi yaitu
mengganti bahan bakar,
mengubah mesin
kendaraan, memasang
alat-alat pembersih
polutan pada kendaraan.
Mempertahankan “paruparu”
kota dengan
memperluas pertamanan
dan penanaman berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan
sebagai penangkal
pencemaran udara.
Penanggulangan Polusi udara dari ruangan
Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok,
pembakaran asap dapur, bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain
yang dibatasi oleh ruangan. Pencegahan pencemaran udara yang berasal dari
ruangan bisa dipergunakan :
Ventilasi yang sesuai, yaitu usahakan polutan yang masuk ruangan
seminimum mungkin. Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber
pencemaran. Usahakan menggantikan udara yang keluar dari ruangan sehingga
udara yang masuk keruangan sesuai dengan kebutuhan.
Filtrasidengan cara memasang filter yang dipergunakan dalam ruangan
untuk menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.
Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengandung polutan
dilewatkan melalui alat ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang
polutan-nya atau disebut bebas polutan.
Hasil pemantauan terhadap kualitas udara dari tahun 1995 - 2001 di wilayah
pemukiman di DKI Jakarta memperlihatkan hasil bahwa konsentrasi zat-zat yang
menimbulkan polusi (NOx, SO2, TSP, dan Pb) berfluktuasi setiap tahun dan
bervariasi di tiap-tiap lokasi pemantauan. Konsentrasi NOx menunjukkan
kecenderungan meningkat. Peningkatan yang paling tinggi terdapat di lokasi
pemantauan Tebet-Jakarta Selatan, sedangkan yang terendah di lokasi pemantauan
Jl. Kahfi-Jakarta Selatan. Konsentrasi SO2 di Tebet-Jakarta Selatan juga
cenderung meningkat sementara di Jl. Kahfi-Jakarta Selatan cenderung menurun.
Sementara itu konsentrasi Pb menunjukkan kecenderungan meningkat di titik
pemantauan Tebet dan Mesjid Al Firdaus Jakarta Selatan, namun menunjukkan
kecenderungan menurun di tiga titik pemantauan lainnya (Pondok Gede-Jakarta
Timur, Jl. Kahfi-Jakarta Selatan, dan Rawa Buaya-Jakarta Barat). Hasil ini
menunjukkan bahwa wilayah pemantauan Tebet- Jakarta Selatan merupakan
wilayah yang harus diwaspadai karena konsentrasi pencemaran udaranya sangat
tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih konkrit untuk meningkatkan
kualitas udara di wilayah tersebut. Hasil kunjungan ke
http://www.iklim.bmg.go.id (Anonim) menjelaskan bahwa konsentrasi SO2 dan
NO2 yang teramati di Jakarta dan Stasiun GAW Bukit Kototabang menunjukkan
perbedaan yang relatif cukup besar. Rata-rata konsentrasi SO2 selama lima tahun
terakhir ( 1995-1999) di Jakarta adalah 8.5 ppbv sedangkan di Stasiun GAW
sebesar 3.7 ppbv. Besarnya kandungan unsur SO2 di udara Jakarta menunjukkan bahwa udara di wilayah Jakarta telah terpolusi. Walaupun nilai konsentrasi SO2 di
Jakarta berada pada level di bawah nilai ambang batas yang berlaku, kondisi ini
perlu mendapatkan perhatian mengingat adanya kecenderungan peningkatan
konsentrasi SO2 di Jakarta. Rata-rata konsentrasi NO2 di Jakarta di Jakarta sebesar
45 ppbv, sedangkan di Stasiun GAW Bukit Kototabang adalah 6.4 ppbv.
Peramatan SO2 dan NO2 dilakukan dengan mempergunakan alat yang dinamakan
Passive Gas Sampler. Di Stasiun GAW alat ini mulai dipasang pada bulan
Nopember 1995 dengan periode peramatan dilakukan mingguan. Nilai Ambang
Batas untuk SO2 adalah 0.01 ppm dan Nilai Ambang Batas untuk NO2 adalah 0.05
ppm.
Ozon di lapisan troposfer merupakan salah satu gas rumah kaca yang
potensial berubah karena kegiatan manusia. Ozon dihasilkan melalui reaksi radiasi
matahari pada gas-gas seperti nitrogen oksida (NO2) dan gas hidro karbon.
Semenjak kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca meningkat, maka
pengukuran ozon permukaan ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat
diketahui tingkat konsentrasi unsur di atmosfer. Pengukuran ozon permukaan
dilakukan dengan mempergunakan alat yang dinamakan Ozone Analyzer. Di
Stasiun GAW Bukit Kototabang pengukuran ozon ini dimulai sejak September
1996 dengan mempergunakan alat buatan Tenco Inst. Nilai ambang batas untuk
lapisan ozon permukaan adalah 100 ppb (0.1 ppm).
Habitat kita tampaknya tidak terbatas telah lama telah diperhitungkan atas lsitas penyerapan limbah yang semestinya sangat besar. Pencemaran terjadi pada saat senyawaan-senyawaan yang dihasilkan dari kegiatan manusia ditambahkan kelingkungan, menyebabkan perubahan yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estesis. Tentu saja, semua makhluk hidup bukan manusia juga menghasilkan limbah yang dilepaskan kelingkungan, namun pada umumnya dianggap bagian dari sistem alamiah, apakah mereka memiliki pengaruh buruk atau tidak. Pencemaran biasanya dianggap sebagai hasil dari tindakan manusia. Dengan demikian, proses-proses alamiah dapat terjadi dalam lingkungan alamiah yang sangat mirip dengan proses-proses yang terjadi karena pencemar.
Penting dicatat bahwa keberadaan pencemaran memerlukan suatu penilaian subjektif, apakah pengaruh buruk terjadi atau tidak. Kenyataannya, terdapat pertentangan pendapat dalam hal ini. Sebagai contoh, pada saat hara makanan tumbuhan dilepaskan perairan, menyebabkan pertambahan jumlah tumbuhan yang ada dan sering kali penggabugannya memperbanyak jumlah ikan. Jadi, nelayan akan menganggap tindakan ini menguntungkan dan dengan demikkian bukanlah pencemaran. Sebaliknya, pihak pengelola pasokan air minum mungkin menemukan bahwa kandungan ganggang dalam air akan bertambah dan pengukuran penanggulangannya diperlukan untuk mendapatkan kualitas air minum yang memadai. Jadi pihak pengelola akan menganggap bahwa pencemaran telah terjadi. Karena penilaian subjektif dilakukan oleh manusia, "faktor manusia”, merupakan haI yang kritis dalam pengelolaan pencemaran.
Linkungan atmosfer tediri dari campuran gas yang meliputi kira-kira 10-16 km dari permukaan bumi. Tetdiri dari oksigen (21%), nitrogen (7k%), karbon dioksida (sekitar 0,03%), argon (kurang dari 1%) dan gas runutan lainya serta uap air yang jumlahnya beragam. Komposisi ini telah terbentuk secara perlahan-lahan sejak awal kehidupan bumi, sebelum jumlah karbon dioksida jauh melebihi kandungan oksigen. Sejalan dengan evolusi tanaman hijau, karbon dioksida diubah melalui fotosintesis menjadi oksigen atmmosfer dan karbon disimpan dilapisan sedimen.
Suatu campuran heterogen dari zat yang bahaya, seperti debu, garam, dan berbagai gas, memasukin atmosfer dari sumber alamnya dan antropogenik. Tambahan antropogenik yang penting dihasilkan dari penggunaan bahan bakar dari fosil, khususnya dalam mesin pembakaran internal, pembangkit tenaga listrik, dan peleburan bijih-bijih mineral.


I. LATAR BELAKANG
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen
lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu  mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam
ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan
penyakit.
Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar
0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta Khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 ug/m3, dan Casablanca rata-rata 680 ug/m3, Tingkat kebisingan pada terminal Tanjung Priok adalah rata-rata 74 dBA dan di sekitar RSUD Koja 63 dBA.
Disamping kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) juga merupakan   masalah    yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh  terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan  umumnya  disebabkan  oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di  dalam ruangan(16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%).
Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA.
Dari hasil penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan oleh FKM–UI tahun 1987 terhadap spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi, menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl. Kemudian pada pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah hitam di udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1 ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl. Selanjutnya akumulasi timbal sebesar 10 ug/dl dalam darah dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak hingga 2,5 poin. Diperkisakan pada tahun 1999 sebesar 1 juta poin tingkat kecerdasan anak-anak di Jakarta telah hilang.
Hasil penelitian 1998 pada 131 anak sekolah usia 7 tahun di Jakarta dilaporkan terdapat kandungan Timbal dalam darah
sebesar 7,7 ug/dl.
Kejadian kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi berbagai pihak, khususnya sektor kesehatan. Akibat yang terjadi tidak dapat dihindarkan adalah menurunnya kualitas udara sampai taraf yang
membahayakan kesehatan dan akhirnya menimbulkan dan meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, asthma dan pneumonia serta penyakit mata. Tercatat di beberapa lokasi debu mencapai 10 kali lebih besar dibanding dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dan masyarakat yang memerlukan pengobatan di berbagai sarana pelayanan
kesehatan meningkat tajam. Penderita ISPA pada daerah bencana asap meningkat sebesar 1,8-3,8 kali lebih besar dari jumlah penderita ISPA pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
Pada saat kebakaran hutan tahun yang lalu, kualitas  udara  di wilayah  Kalimantan  Barat sudah pada taraf membahayakan Kesehatan dimana kadar debu mencapai angka di atas 1.490 ug/m3, dimana batas ambang yang diperkenankan sebesar 230 ug/m3. Kabut asap akibat kebakaran hutan yang telah merambah ke berbagai propinsi, seperti Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Riau, bahkan telah berpengaruh sampai wilayah manca negara seperti Malaysia dan Thailand.
Mengingat  bahayanya  pencemaran  udara  terhadap  kesehatan  sebagaimana  kasus-kasus tersebut diatas, maka dipandang perlu bagi petugas kesehatan di daerah untuk mengetahui berbagai parameter pencemar seperti : sifat bahan pencemar, sumber dan distribusi, dan dampak yang mungkin terjadi juga cara pengendalian, maka diperlukan suatu pedoman atau acuan dalam rangka meminimalkan terjadi dampak terhadap kesehatan .
Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas kemudian karena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar.
II. RUANG LINGKUP
Buku pedoman ini berisi tentang karakteristik sifat fisika dan kimia, sumber dan distribusi, dampak terhadap kesehatan serta
cara pengendalian bahan pencemar udara.
III. TUJUAN
A. UMUM
Terwujudnya kualitas udara yang memenuhi syarat serhingga dapat memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi masyarakat.
B. KHUSUS
1. Dapat diketahuinya karakteristik dan sumber pencermar udara di lingkungan.
2. Dapat diketahuinya dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh parameter pencemar udara dan dapat mengambil
tindakan pengandalian.
IV. SASARAN
Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai referensi untuk para pelajar yang ingin mempelajarpencemaran udara.
BAB II
PARAMETER PENCEMAR UDARA
1. SULFUR DIOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik
bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relatif
masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah
SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut :
S + O2 < --------- > SO2
2 SO2 + O2 < --------- > 2 SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (
H2SO4 ) dengan reaksi sebagai berikut :
SO SO2 + H2O2 ------------ > H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada
yang dihasilkan dari emisi SO3 hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya.
Setelah berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3 (Kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan
katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia,
intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia. Pada
malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan
tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2.
Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber
alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat
oleh manusia adalah ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak
merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih
tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian
petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami
dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS).
Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah
tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk
menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutin
diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr sebesar
0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi
pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita
yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif
rendah. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut :
Konsentrasi ( ppm ) Pengaruh
3 – 5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 – 12 Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20 Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20 Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50 – 100 Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
400 -500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
c) Memasang filter pada knalpot
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur rendah.
D.1.3 Bahan Baku
a) Pengelolaan bahan baku SO2 sesuai dengan prosedur pengamanan.
D.1.4 Manusia
Apabila kadar SO2 dalam udara ambien telah melebihi Baku Mutu (365g/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran
24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.
2. PENANGGULANGAN
1) Memperbaiki alat yang rusak
2) Penggantian saringan/filter
3) Bila terjadi/jatuh korban, maka lakukan :
Pindahkan korban ke tempat aman/udara bersih.
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. CARBON MONOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak
berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai
potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia,
Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan
badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi,
Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan
bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran
batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak
90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga
para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa
penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar
bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari.
Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Pemajanan CO dari udara
ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah yang terbentuk dengan sangat
pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam darah Oleh
karena itu kadar CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan Data CO yang
dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average concentration) adalah lebih baik
dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda
dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh manusia tyerhadap keracunan CO dari
udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan
bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadar nya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut bekerja, tidak memadai
ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO
hasil pemajanan asap rokok.
Beberapa Individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh
CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri bahan bakar bensin,
industri gas kimia dan pemadam kebakaran.
Pemajanan Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel
kendaraan bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja bengkel tersebut bisa
mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang bekerja dijalan raya diketahui
mengandung HbCO dengan kadar 4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja. Sebaliknya kadar
HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara
menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung HbCO
melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya yang
normal. Produksi CO didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO dalam darah.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel
darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang
200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya
kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat
serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga
dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang
telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan .Pada beberapa orang yang
berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat.
Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya
sebesar 5–10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari
masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui.
Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam
lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan
terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini
secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada
perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk
melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang
lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut
jantung meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja
selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda.
Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara
HbCO dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen.
Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung
menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak didapatkan data tentang pengaruh
pemajanan CO kadar rendah terhadap sistim kardiovaskular.
Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO
kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar
HbCO sampai 15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida menyebabkan penyakit jantung
atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat
serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan
wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul
pada pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita
hamil dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous) dengan kadar yang lebih tinggi,
pajanan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat
badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari
normal. Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang
percobaan dapat beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada kadar
tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang
dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling sedikit satu jenis senyawa
hidrokarbon-halogen yaitu metilen khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada
metobolisme di dalam tubuh setelah absorpsi terjadi.
Karena senyawa diatas termasuk kelompok pelarut (Sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk menggantikan
karbon tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.
c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata
waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.
b) Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll.
E. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
3. NITROGEN DIOKSIDA
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan
nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen
dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi
antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan
oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210C) keduanya dapat bereaksi membentuk
NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan
biasanya mencapai 1210 – 1.765 C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan
NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang
diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar
secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh
kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah
perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena
sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh
kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar mataharia dan aktivitas
kendaraan bermotor. Perubahan kadar NOx berlangsung sebagai berikut :
a) Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebih tinggi dari kadar minimum seharihari.
b) Setelah aktifitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO meningkat terutama karena meningkatnya aktivitas
lalulintas yaitu kendaraan bermotor. Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.
c) Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2 ( sekunder ) kadar NO2 pada saat ini
dapat mencapai 0,5 ppm.
d) Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.
e) Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NO meningkat kembali.
f) Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang
hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnya terjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.
g) Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan sebagai garamgaram
nitrat didalam air hujan atau debu. Merkanisme utama pembentukan asam nitrat dari NO2 di udara masih
terus dipelajari Salah satu reaksi dibawah ini diduga juga terjadi diudara tetapi diudara tetapi peranannya mungkin
sangat kecil dalam menentukan jumlah asam nitrat di udara.
h) Kemungkinan lain pembentukan HNO3 didalam udara tercemar adalah adanya reaksi dengan ozon pada kadar NO2
maksimum O3 memegang peranan penting dan kemungkinan terjadi tahapan reaksi sebagai berikut :
O3 + NO2 ----NO3 + O2
NO3 + NO2 -----N2O5
N2O5 + 2HNO3 ----2HNO3
Reaksi tersebut diatas masih terus dibuktikan kebenarannya, tetapi yang penting adalah bahwa proses-proses
diudara mengakibatkan perubahan NOx menjadi HNO3 yang kemudian bereaksi membentuk partikel-partikel.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun
daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambien
yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang
dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan. Penelitian
lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika
kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut
berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar
binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar
NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau
kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2. Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3. Manusia
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 150 g/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk
mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.
b) Bila terjadi korban keracunan, maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasaan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
4. OKSIDAN
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen
atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi
komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder
yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.
Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik
NO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
OZON
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di
alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk melindungi
bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan
panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah
molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah
panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan
dalam metode-metode analitik.
PEROKSIASETILNITRAT
Proses-proses fotokimia menghasilkan jenis-jenis pengoksidasi lain –selain ozon, termasuk peroksiasilinitrat yang mempunyai
struktur sebagai berikut :
O
R – C
0 0 N O 2
R = CH3 : peroksiasetilnitrat ( PAN )
R = C2H5 : peroksipropionilnitrat ( PPN )
R = C6H5 : peroksibenzoilnitrat ( PBzN )
Meskipun untuk setiap jenis peroksiasetilnitrat sudah diberikan perhatian, data monitoring yang tersedia hanya untuk
peroksiasetilnitrat. Peroksiasrtilnitrat mempunyai 2 ciri yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya peroksiasetilnitrat
kadar rendah. Ciri pertama adalah absorpsi di daerah inframerah dan kemampuan dalam menangkap elektron. Ciri kedua
digunakan sebagai dasar metoda pengukuran kadar peroksiasetilnitrat di udara secara khromatografi.
OKSIDAN LAIN
Hidrogen peroksida telah diidentifikasi sebagai oksidan fotokimia yang potensial. Akan tetapi hidrogen peroksida ini merupakan
senyawa yang sangat sulit dideteksi secara spesifik di udara. Oleh arena itu tidak mungkin memperkirakan dengan pasti bahwa
hidrogen peroksida sebagai pencemar fotokimia udara.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Yang dimaksud dengan oksidan fotokimia meliputi Ozon, Nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN) karena lebih dari 90%
total oksidan terdapat dalam bentuk ozon maka hasil monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. Karena
pengaruh pencemaran udara jenis oksidan cukup akut dan cepatnya perubahan pola pencemaran selama sehari dan dari suatu
tempat ketempat lain, maka waktu dimana kadar Ozon paling tinggi secara umum ditentukan dalam pemantauan. Mencatat
jumlah perjam per hari, perminggu, per musim atau per tahun selama kadar tertentu dilampaui juga merupakan cara yang
berguna untuk melaporkan sejauh mana Ozon menjadi masalah.
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim pertahunnya berkisar antara 10–100g/m3 (0,005–0,05 ppm).
Diwilayah pedesaan kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O3 dari udara yang berasal dari
perkotaan. Didaerah perkotaan yang besar, tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800 g/
m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih.
5–30% hasil pemantauan di beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1jam yang melampaui 200 g/m3 (0,1
ppm).
Peroksiasetilnitrat umumnya terbentuk secara serentak bersama dengan ozon. Pengukuran kadar PAN di udara ambien yang
telah dilakukan relatif sedikit, tetapi dari hasil pengukuran Pb dapat diamati perbandingan antara PAN dengan ozon antara 1:50
dan 1:100, dan variasi kadar kadang-kadang mengikuti ozon.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu proses pernafasan normal, selain itu
oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi mata.
Beberapa gejala yang dapat diamati pada manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm
tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak dengan
Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan kehilangan
koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan
edema pulmonari.
Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan
iritasi mata tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
5. HIDROKARBON
A. SIFAT / KARASTERISTIK
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon dan sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon
yang menyusun molekul HC. HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin
tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4
atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan
padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan
membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal
menjadi debu.
Berdasarkan struktur molekulnya, hidrokarbon dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitu hidrokarban alifalik, hidrokarbon
aromatik dan hidrokarbon alisiklis. Molekul hidrokarbon alifalik tidak mengandung cincin atom karbon dan semua atom karbon
tersusun dalam bentuk rantai lurus atau bercabang.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian
merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung,
sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan
polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin,
pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Diperkirakan emisi industri sebesar 10 % berupa HC.
Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Pada
umumnya pada pagi hari kadar HC di udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC akan meningkat dan
kemudian menurun lagi pada malam hari.
Adanya hidrokarbon di udara terutama metana, dapat berasal dari sumber-sumber alami terutama proses biologi aktivitas
geothermal seperti explorasi dan pemanfaatan gas alam dan minyak bumi dan sebagainya Jumlah yang cukup besar juga
berasal dari proses dekomposisi bahan organik pada permukaan tanah, Demikian juga pembuangan sampah, kebakaran hutan
dan kegiatan manusia lainnya mempunyai peranan yang cukup besar dalam memproduksi gas hidrakarbon di atmosfir.
C. DAMPAK KESEHATAN
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic
hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan
menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Pengaruh hidrokarbon aromatic pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini.
Jenis Hidrokarbon Konsentrasi ( ppm ) Dampak Kesehatan
Benzene ( C6H6 ) 100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah ½ - 1 Jam
7.500 Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5 –10 menit
Toluena ( C7H8 ) 200 Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
600 Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi secara berkala dan KIR kendaraan.
c) Memasang filter pada knalpot.
D.1.2 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.3 Manusia
Apabila kadar oksidan dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (235 g/Nm3 dengan waktu pengukuran 1jam) maka
untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara didalam ruang, seperti menggunakan exhaust-fan.
c) Bila jatuh korban keracunan maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
6. KHLORIN
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air,
yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL).
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan
20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang
dunia ke-1.
B. SUMER DAN DISTRIBUSI
Khlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang digunakan untuk khlorinasi pada proses produksi yang
menghasilkan produk organik sintetik, seperti plastik (khususnya polivinil khlorida), insektisida (DDT, Lindan, dan aldrin) dan
herbisida (2,4 dikhloropenoksi asetat) selain itu [juga digunakan sebagai pemutih (bleaching agent) dalam pemrosesan
sellulosa, industri kertas, pabrik pencucian (tekstill) dan desinfektan untuk air minum dan kolam renang.
Terbentuknya gas khlorin di udara ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan (bleaching) dan produksi zat/
senyawa organik yang mengandung khlor. Karena banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industri
dalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat
menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara ambien.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk
dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif
dan menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan
oksigen seperti terlihat dalam reaksi dibawah ini :
CL2 + H2O ---------HCL + HOCL
8 HOCl ---------6 HCl + 2HclO3 + O3
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan
oksigen.
Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan
memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan
penyakit paru-paru ( pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.
D. PENGENDALIAN
1. PENCEGAHAN
D.1.1. Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodifikasi pada proses pembakaran.
D.1.2. Manusia
Apabila kadar khlorin dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150 g/Nm3 dengan waktu pengukuran 24 jam) maka
untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya – upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
2. PENANGGULANGAN
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
c) Bila terjadi korban keracunan chlorin maka lakukan :
Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.
Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
7. PARTIKEL DEBU
A. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa
organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan
maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang
di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di
udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan
bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak
istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode
pengambilan sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake.
Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti
inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik
<10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan
letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni
atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik.
Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol
kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya
menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting.
Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara,
seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap
kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb)
dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu
yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran
partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap
di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat
yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih
bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat
menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di
udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam
berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif
dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung
di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau
air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian .
D. PENGENDALIAN
D.1. PENCEGAHAN
a) Dengan melengkapi alat penangkap debu ( Electro Precipitator ).
b) Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong.
c) Pembersihan ruangan dengan sistim basah.
d) Pemeliharaan dan perbaikan alat penangkap debu.
e) Menggunakan masker.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
8. TIMAH HITAM
A. SIFAT FISIK DAN KIMIA
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada
327,5C dan titik didih 1.740C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan
senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka
oktan secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110C dan 200C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam
bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan
terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
asam atau oksidator.
B. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb
ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu
tempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi
kandungan pb pada bensin.
Penambangan dan peleburan batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran Tingkat kontaminasi Pb
di udara dan air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan tinggi cerobong pembakaran limbah
tpopgrafi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang
mengandung Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan.
Karena batubara seperti juga mineral lainnya (batuan dan sedimen) pada umumnya mengandung Pb kadar rendah, maka
kegiatan berbagai industri yang terutama menghasilkan besi dan baja peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus
dipandang sebagai sumber yang dapat menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah
tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia.
Demikian juga didaerah dengan banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi sumber
pemajanan Pb.
C. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Pemajanan Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di masyarakatvluas masih kontroversi, Kadar
Pb di alam sangat bervariasi tetapi kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara 100–400 mg.
Sumber masukan Pb adalah makanan terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb Diperkirakan rata-rata
masukkan Pb melalui makanan adalah 300 ug per hari dengan kisaran antara 100–500 g perhari. Rata-rata masukkan melalui
air minum adalah 20 g dengan kisaran antara 10–100 g. Hanya sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi melalui
pencernaan. Pada manusia dewasa absorpsi untuk jangka panjang berkisar antara 5–10% bila asupan tidak berlebihan
kandungan Pb dalam tinja dapat untuk memperkirakan asupan harian karena 90% Pb dikeluarkan dengan cara ini.
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan. Distribusi ukuran partikel dan kelarutan pb dalam
partikel juga harus dipertimbangkan biasanya kadar pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap
disaluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb
yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan
walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan
menunjukkan bahwa Pb berada dalam bentuk yang sukar larut.
Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1%
kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 Jam terakhir) dan Oleh pelepan dari sistem rangka.
Manusia dengan pemajanan rendah mengandung 10–30 g Pb/100 g darah Manusia yang mendapat pemajanan kadar tinggi
mengandung lebih dari 100 g/100 g darah kandungan dalam darah sekitar 40 g Pb/100g dianggap terpajan berat atau
mengabsorpsi Pb cukup tinggi walau tidak terdeteksi tanda-tanda keluhan keracunan.
Terdapat perbedaan tingkat kadar Pb di perkantoran dan pedesaan wanita cenderung mengandung Pb lebih rendah dibanding
pria, dan pada perokok lebih tinggi dibandingkan bukan perokok.
Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam darah
dibawah 80 g Pb/100 g darah namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin sudah terjadi pada kandungan Pb
normal (30–40 g).
Timah Hitam berakumulasi di rambut sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau
kandungan Pb dalam tubuh Anak-anak merupakan kelompok risika tinggi Menelan langsung bekas cat yang mengandung Pb
merupakan sumber pemajanan, selain emisi industri dan debu jalan yang berasal dari lalu lintas yang padat Mungkin
keracunan Pb ada juga hubungannya dengan keterbelakangan mental tetapi belum ada bukti yang jelas.
Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik dan tidak menyebabkan anemia Hampir semua Pb–tetraetil diubah menjadi Pb
Organik dalam proses pembakaran bahan bakar bermotor dan dilepaskan ke udara.
Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam
dalam tulang tidak beracun tetapi pada kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau proses biokimia dan memberikan
gejala keluhan garam Pb tidak bersifat karsiogenik terhadap manusia.
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan
protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang
dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan,
konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
D. PENGENDALIAN
D.1 PENCEGAHAN
D.1.1 Sumber Tidak Bergerak
a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Memodfikasi pada proses pembakaran.
D.1.2 Manusia
Apabila kadar timah hitam dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (2 ug/Nm3 dengan waktu pengukuran 24 jam)
maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker.
b) Mengurangi aktifitas diluar rumah.
D.2. PENANGGULANGAN
a) Memperbaiki alat yang rusak
b) Bila terjadi keracunan maka lakukan :
Pemberian pengobatan.
Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
BAB II
SULFUR DIOKSIDA DAN HUJAN ASAM
Didalam sistem alamiah bahan-bahan hasil penguraian hewan dan tanaman, kegiatan gunung berapi, dan erosi oleh angin dapat mengakibatkan pelepasan beberapa gas, Gas-gas ini selalu mengandung karbon, sulfur dan nitrogen yang diperlukan dalam proses fotosintesis untuk produksi protein, asam
nukleat, dan zat-zat lainya didalam tanaman dan hewan. Sebagai tambahan untuk mengambil zat-zat makanan dari atmosfer, tanaman dapat mengambil sebagian kebutuhan mereka yang terlarut dalam hujan, demikian juga dari tanah. Meskipun spesies molekular didalam amosfer dan yang terlarut didalam presipitat berguna pada kepekatan yang rendah, pada kepekatan yang lebih tinggi mereka akan membahayakan tanaman, hewan dan jasad renik.
Pembakaran bahan bakar fosil menyediakan sumber baru bagi zat-zat yang ada diudara. Dengan demikian terdapat penambahan sulfur dan nitropgen atmosfer yang cukup berarti dari pembakaran bahan bakar fosil. Toksisitas langsung dan pengaruh toksik yang dihasilkan dari pelarutan gas sulfur dan nitrogen didalam presipitasi mempunyai pengaruh yani buruk terhadap ekosistem alamiah, khususnya didaerah Eropa Barat dan timur laut Amerika Serikat
2.1. Kimiawi Presipitasi Asam
Atmosfer meliputi 0,03% karbondioksida yang dalam keseimbangan dengan air sebagai presipitasi, menghasilkan pH sekitar 5,7. Didalam air hujan yang dipengaruhi oleh pencemar atmosfer, penambahan keasaman biasanya disebabkan oleh tiga asam mineral: asam sulfurat, nitrat dan hidroklorat Umumnya, ion sulfat menonjol dengan perbandingan jumlah yang lebih sedikit dari ion nitrat dan hampir sama rendahnya dengan ion klorida.
Sulfur terdapat dalam batu bara dalam jumlah 1-3% dan didalam hasil-hasil minyak bumi jumlahnya dapat lebih tinggi. Sumber-sumber sulfur yang penting lainnya adalah peleburan bijih sulfida dan gunung berapi. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan sulfur dioksida yang kemudian dapat dioksidasi dan diubah menjadi asam sulfurat:
2 S0+ H2O + OH2SO4
Oksidasi sulfur dioksida dalarn buangan gas sangat dipengaruhi oleh kelembapan relatif. Sedikit oksidasi terjadi pada kelembapan relatif dibawah 70%, tetapi pada kelembapan yang lebih tinggi terdapat oksidasi yang relatif cepat dan perubahan menjadi asam sulfurat. Garam mangan dan besi didapat dari debu terbang yang mengkatalisasi reakasi ini.
Oksida nitrogen asam nitrat secara alamiah dihasilkan didalam atmosfer oleh pembuangan energi dalam kilatan petir. Namun, sumber pencemaran utama dari zat ini adalah proses pembakaran internal. Presipitasi asam sebagian dapat dinetralisasi oleh adanya basa-basa diatmosfer seperti amonia dan percikan air laut.
Reaksi dalam Ruang Pembakaran
1. Pembentukan oksigen atomik.
O0+0
Langkah (i) CO+OH CO+ H
Langkah (ii) H + OOH + 0
2. Pembentukan oksigen atomik yang menggunakan oksida nitrit dan nitrogen atmosfer
Langkah (i) 0 + N2 NO + N
Langkah (ii) N + 02 NO + 0
©2004 Digitized by USU digital library 2
Reaksi pada Atmosfer
1. Pembentukan nitrogen dioksida dan nitrogen trioksida
2NO + O2 2N02
03 + NO N02 + O2
N02 + 03 N03 + O2
2. Pembentukan N2Os dan reaksi nitrogen trioksida
N03 + N02 N2Os
N03 + NO 2N02
3. Pembentukan asam nitrat dan nitrit dengan adanya uap air
N2Os + H2O 2 HN03
N02 + NO + H2O 2 HN02
Gambar 1. Urutan reaksi yang menyebabkan pernbentukan asam nitrat dan nitrit dari pembakaran bahan bakar fosil.
2.2. Mekanisme Hubungan Timbal-Balik Hujan Asam dengan Biota
Sulfur dioksida dalam atmosfer dapat berhubungan timbal-balik dengan makhluk hidup dalam berbagai cara. Ia dapat diserap pada permukaan lembap tanaman, tanah, sistem perairan, dan sebagainya atau, ia dapat diubah menjadi asam sulfat dan tertinggal dalam atmpsfer sebagai butir aerosol yang dihilangkan oleh presipitasi. Presipitasi mengandung 40-80% sulfur yang tersimpan ditanah dan sisanya secara langsung teserap pada permukaan. Sebagai tambahan, dampak aerosol dan partikel abu yang membentuk asam pada permukaan mungkin merupakan mekanisme penting lainnya dari perpindahan bahan yang mengandug sulfur dari atmosfer kepermukaan bumi. Kenyataannya, suatu pengaruh tidak langsung dari hujan asam dan penurunan pH daerah perairan merupakan pelpasan logam toksiik yang diserap pada sedimen dasar.
2.3. Tanggapan Fisiologis Terhadap Presipitasi Asam dan Pencemar Atmosferik yang Berhubungan
Sulfur dioksida dan hujan asam mempunyai bermacam-macam hubungan timbal-balik dengan fisiologi dan biokimiawi tanaman. Asam sulfit dapat menghilangkan ion magnesium dari cincin tetrapirol pada molekul klorofil sehingga mengubah klorofil menjadi phaeofitin, klorofil dapat dioksidasi menjadi zat fotosintesis yang tidak aktif. Molekul protein dapat dirusak oleh oksidasi ikatan disulfida oleh asam sulfit. Hubungan timbal-balik ini dapat mengakibatkan pengaruh kematian atau pengaruh yang merusak lainnya.
2.4. Pengaruh Terhadap Ekosistem Darat
Pada dasarnya ekosistem darat tumbuhan mudah terpengaruh. Perbedaan dalam kerentanan pada berbagai spesies tanaman yang berbeda telah didokumentasi dengan baik. Hal ini konsisten dengan adanya beragam spesies tanaman dari pusat kota dan daerah industri, sedangkan spesies yang sama dekat dengan daerah perbatasan. Kerentanan selalu mencerminkan perbedan dalam faktor genetik, umur, atau keadaan fisiologis. Tidak hanya adanya perbedaan antara spesies tetapi seringkali terdapat keragaman antara genotif tanaman. Dalam sejumlah kasus terjadi seleksi genetik didalam beberapa komunitas tanaman alamiah terhadap daya tahan pencemaran atmosfer.
Pengaruh sulfur dioksida dan presipitasi asam paling nyata dan buruk dalam ekosistem hutan yang berbatasan dengan peleburan atau beberapa sumber pusat pencemaran lainnya. Ekosistem hutan di Amerik Utara yang berbatasan dengan gedung tenaga pembakaraan batu bara telah diteliti oleh Rosenberg dkk. Sejalan dengan penelitian lainnya, spesies lumut bertambah dan diversivitas meningkat dengan meningkatnya jarak dari gedung dibandingkan dengan sisi arus angin naik. Jenis pepohonan tertentu, sweet birch dan pinus putih, diketahui paling rentan terhadap pencemaran atmosfer.
©2004 Digitized by USU digital library 3
2.5.Pengaruh Terhadap Ekosistem Perairan
Pengaruh dari presipitasi asam diteliti secara sangat mendalam dan lama di negara-negara skandinavia Eropa Utara. Presipitasi yang sangat tercemar jatuh didaerah yang sangat luas diSkandinavia dan telah diduga bahwa pencemar yang menyebabkan hal ini berasal dari negara-negara lain di Eropa Barat. Sebagai tambahan, intensitas dan penyebaran geografis presipitasi asm dapat bertambah. The National Academy Of Sciences (1978) mencantumkan tiga keadaan yang berpengaruh kuat terhadap perluasan dan perusakan oleh presipitasi asam didaerah perairan yaitu:
1. Tempat yang terutama berbatasan dengan sumber pencemar.
2. Sifat alamiah karang-karang didasar daerah tersebut
3. Angka banding yang rendah antara dasar dan permukaan
The National Academy Of Sciences (1978) juga dapat menyimpulkan pengaruh pH terhadap ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan komersial. Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di sungai-sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang tetap.
Ganggang dan zooplankton, mempunyai jumlah spesies maksimum pada nilai pH 6.5 dan 7. pH normal yang dapat diharapkan pada daerah perairan yang tidak terkena. Tetapi nilai pH diatas dan dibawah ranah ini menunjukan penurunan jumlah spesies dihubungkan dengan perbedaan pH normal. Juga komposisi kedua komunitas ganggang dan zooplankton berubah, spesieas yang lebih peka hilang dari komunitas dan spesies yang lebih tahan menonjol dalam struktur komunitas. Suatu pengaruh tambahan adalah penurunan produksi sel-sel ganggang dengan penyimpangan ranah pH 6,5-7. Pengaruh umum yang mirip dengan diatas telah diperhatikan di Amerika Utara bagian barat.
Dengan penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan penurunan laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah bahan organik dalam suatu daerah dan suatu pergeseran keadaan oligotropik didanau. Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap ekosistem.
BAB III
PEROKSIASETIL NITRAT (PAN), OZON DAN OKSIDAN LAINNYA
Hidrokarbon minyak bumi (PHCs) dibuang ke atmosfer dari pembakaran tidak sempurna pada bahan bakar fosil dan evaporasi. Jumlah yang terlibat cukup berarti dan perkiraan yang dibuat pada tahun 1969 menunjukan bahwa 88 x 10ton dibuang setiap tahunnya. Sumber utama PHCs diatmosfer adalah mesin bakar internal yang digunakan pada kendaraan bermotor. Sumber hidrokarbon alami terutama adalah vegetasi yang melepaskan banyak terpenoid keatmosfer. Tetapi sebagai tambahan metan dihasilkan dalam jumlah banyak oleh pembusukan vegetasi secara anaerob.
PHCs bukan merupakan pencemar utama yang nyata karena mereka tidak mempunyai dampak fisiologis yang kuat terhadap hewan atau tumbuhan. Tetapi, reaksi sekunder dari pembakaran sebagian PHCs tanpa oksidan nitrogen menyebabkan produksi pencemar atmosfer yang penting. Urutan reksi yang telah disederhanakan menyebabkan produksi ozon dan PAN ditunjukan pada gambar berikut:
N+ ONO + N02
Dimana NO>N02
Tetapi N0memacu urutan reaksi sebagai berikut:
N0+ hv NO + 0
0+02+M 02+M
0+ NO N0+ 02
©2004 Digitized by USU digital library 4
Dimana M adalah setiap tubuh ketiga
Reaksi selanjutnya sekarang terjadi dengan olefi juga dihasilkan dari mesin bakar internal:
Gambar 2. Urutan reaksi yang telah disederhanakan didalam atmosfer.
Pencemaran primer yang terlibat adalah oksidan nitrit dan olefin yang dihasilkan oleh pembakaran sebagian pada bahan bakar PHCs. Sebagai pencemar atmosfer, ozon dan PAN dapat bersama-sama dipertimbangkan karena mereka diturunkan dari pencemar utama yang sama dan mempunyai sifat lingkungan yang mirip, terutama dihubungkan dengan kapasitas oksidasinya. Ozon dan PAN merupakan pencemar udara utama yang dihasilkan oleh proses yang ditunjukan pada gambar.2, tetapi sejumlah besar zat lainnya dengan sifat-sifat pencemar juga dihasilkan. Yang memiliki kepentingan tertentu adalah homolog PAN dan aldehida.
3.1. Pengaruh Terhadap Ekosistem dan Komunitas
Woodwell (1970) merangkumkan pengaruh pencemar atmosfer terhadap ekosistem sebagai beriku:
1. Menghilangnya spesies yang peka
2. Pengurangan diversitas dan jumlah spesies
3. Hilangnya tanaman overstorey tanaman kecil penyokong
4. Penguragan bahan organik pada tanaman pangan yang menyebabkan berkurangnya zat-zat makanan didalam sistem tersebut
5. Meningkatkan hama serangga dan beberapa penyakit.
Sub-komite pada ozon dan oksidan fotokimiawi lainnya (1976) melaporkan penemuannya yang dilakukan dibagian selatan California dimana terlihat bahwa spesies pinus yang peka terkena oksidan fotokimiawi dan menderita kerusakan parah. Secara keseluruhan organisasi ini berkesimpulan bahwa:
1. 0zon merusak produksi biomassa melalui produsen primer dan kapasitas mereka untuk berkembang biak.
2. Menurunkan biomassa atau aliran energi kekonsumen dan pengurai didalam ekosistem yang mempengaruhi populasi makhluk ini.
3. Proses daur ulang yang penting dapat terhenti, selanjutnya membatasi produksi primer.
4. Struktur terganggu dengan cepat pada beberapa daerah oleh karena penebangan pohon yang beresiko tinggi, sebagai akibatnya komposisi spesies berubah dan habitat binatang terganggu.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN:
1. Pencemaran udara disebabkan adanya campuran gas-gas yang dapat yang dapat membahayakan ekosistem dan komunitas disekitarnya.
2. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan sulfur dioksida dan diubah menjadi asam sulfurat.
3. Pengaruh langsung dari presipitasi asam pada tumbuhan antara lain yaitu kerusakan pada struktur pada permukaan pelindung seperti kutikula, gangguan fungsi normal sel-sel penjaga, keracunan pada sel-sel tanaman setelah difusi zat-zat asam melalui stomata atau kutikula, gangguan pada proses reproduksi.
4. Pengaruh tidak langsung dari presipitasi asarn pada tumbuhan antara lain yaitu peningkatan kerentanan terhadap kekeringan dan faktor-faktor tekanan lingkungan lainnya.
5. Pengaruh presipitasi asarn terhadap ekosistem perairan yaitu akan menyebabkan keadaan yang berpengaruh kuat terhadap perluasan presipitat asam di daerah perairan antara lain tempat yang terutama berbatasan dengan sumber pencemar, sifat alamiah karang-karang di dasar daerah tersebut, angka banding yang rendah antara dasar air dan permukaan.
6. PHCs bukan merupakan pencemar utama yang nyata karena tidak mempunyai dampak fisiologis yang kuat terhadap hewan atau tumbuhan.
7. Pengaruh pencemar atmosfer terhadap ekosistem yaitu menghilangnya spesies yang peka, pengurangan diversitas dan jumlah spesies, hilangnya tanaman over storey dan tanaman kecil penyokong, pengurangan bahan organik pada tanaman pangan, meningkatnya hama serangga clan beberapa penyakit.
SARANPPPPPPPPPP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar