KAJIAN VARIASI SUHU SINTERING PADA PEMBANTUKAN KRISTAL
NANO MAGNETIT Fe3O4 DENGAN MENGGUNAKAN METODE
HIGH ENRGY MILLING (HEM)
ABSTRAK
Mineral oksida besi magnetit (Fe3O4) sampai saat ini masih
terus diteliti dan dikembangkan secara intensif. Berbasiskan pada sifat unik
oksida besi yang dapat merespon medan magnet, magnetit telah dimanfaatkan
secara luas untuk berbagai kepentingan riset dan bahan produk industri. Oksida
besi dapat ditemukan secara mudah pada banyak material seperti mill scale dan
pasir besi. Keberadaan pasir besi yang terdistribusi secara luas serta
jumlahnya melimpah di Indonesia menjadi daya tarik secara ekonomi. Pada
penelitian ini, magnetit digerus dengan menggunakan metode High Energy Milling
(HEM). Selain untuk memperoleh magnetit dengan ukuran bulir seragam, penelitian
ini juga akan menguji apakah proses presipitasi bersifat sensitif terhadap
input. Pada penelitian ini dilakukan variasi suhu sintering. Tahapan yang
dilakukan adalah melakukan penggerusan dengan menggunakan penggerus elektrik
kemudian bahan di ekstrak dan selanjutnya digerus dengan metode HEM, kompaksi
dan sintering. Proses HEM divariasi dengan waktu 4 jam, 8 jam dan 12 jam
penggerusan dengan kecepatan 1200 rpm. Proses sintering dilakukan pada suhu 9000C, 10000C,
dan 11000C dengan holding time 45 menit untuk masing-masing suhu
sintering. Hasil uji kekerasan terbaik diperoleh pada suhu 11000C
dengan lama penggerusan HEM 12 jam.
Kata kunci: magnetit (Fe3O4),
suhu sintering, HEM
ABSTRAC
Magnetite Oxide iron mineral (Fe3O4)
till now still check and developed intensively have. Bases at nature of is
unique iron oxide able to magnetic field respond, magnetite have been exploited
widely to various importance research into and industrial product materials.
Iron oxide can be found easy to many material like scale mill and iron sand.
Existence of iron sand which distribution widely and also its amount abundance
in Indonesia become fascination economical. At this research, magnetite brayed by using method of High Energy
Milling (HEM). Besides to obtain to get magnetite of the size uniform seed,
this research also will test do process of precipitation have the character of
sensitive to input. At this research is done by temperature variation of
sintering. Step taken is doing braying by using electrical braying then
materials extract and hereinafter brayed with method of HEM, and Compaction of
sintering. HEM
process at variation with time 4 hours, 8 hours and 12 hours braying with speed 1200 rpm.
Sintering process is done on temperature 9000C, 10000C,
and 11000C by holding time 45 minutes for each one temperature
sintering. Result tests best violence to be gotten on temperature 11000C
by so long braying HEM 12 hours.
Keyword: Magnetite (Fe3O4),
temperature of sintering, HEM
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah, termasuk di dalamnya kandungan mineral alamiah. Tapi kekayaan alam
tersebut banyak yang belum diolah dan dimanfaatkan secara optimal. Salah satu
kekayaan yang melimpah adalah pasir besi. Selama ini pasir besi ditambang dan
dijual masih dalam bentuk mentah sehingga mempunyai nilai jual yang rendah.
Berbasiskan pada sifat unik pasir besi yang dapat merespon medan magnet, pasir besi telah dimanfaatkan
secara luas untuk berbagai kepentingan riset dan bahan produk industri. Telah
diketahui sebelumnya (Yulianto dkk, 2002), bahwa endapan pasir besi dapat
memiliki mineral-mineral magnetik seperti Magnetit (Fe3O4
), Hematit (α-Fe2O3), dan Maghemit (γ-Fe2O3).
Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi sebagai bahan industri. Magnetit
misalnya dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara Maghemit adalah bahan utama
untuk pembuatan pita kaset. Ketiga bahan tersebut juga digunakan sebagai bahan
pewarna serta campuran (filter) untuk
cat serta bahan dasar untuk industri magnet permanen (Bijaksana, 2002).
Keberadaan pasir besi yang terdistribusi secara luas
serta jumlahnya melimpah di Indonesia
menjadi daya tarik secara ekonomi. Besi yang diperoleh dari bijih besi tidak dalam bentuk unsur murni Fe
tetapi dalam bentuk besi oksida. Dalam pasir besi, oksida logam ini dijumpai dalam dua fase, Fe2O3
dan Fe3O4. Keduanya merupakan bahan magnetik yang menunjukkan sifat kemagnetan ketika
berada dalam medan magnet. Fe2O3 memiliki interaksi yang
lebih lemah di dalam medan magnet dari pada Fe3O4 yang
memiliki inetraksi lebih kuat di dalam medan magnet. Pasir besi ini dapat lebih
dimanfaatkan dalam bidang material science dengan nilai ekonomi yang lebih
tinggi dan ramah lingkungan (Lee,
D.G. 2009). Karakteristik pasir besi sangat bergantung pada keadaan alamiahnya
sehingga mineral magnetik dari pasir besi cenderung bersifat heterogen
(Mahardika Prasetya Aji, 2008) Industri semen PT.Semen Padang pernah mencoba
memanfaatkan pasir besi yang berasal dari Pantai Sunur dalam bentuk bahan
mentah atau raw material, sebagai
bahan campuran semen (Fatni Mufit dkk, 2006). Salah satu contoh potensi pasir
besi yang menarik untuk dikaji dalam hal sifat kemagnetannya adalah pasir alam
yang ada dipantai Sine Kabupaten Tulungagung. Karena sejauh ini pasir alam yang
ada di Tulungagung hanya sebagai material campuran bahan bagunan. Padahal pasir
alam ini dapat lebih dimanfaatkan dalam bidang material science dengan nilai ekonomi
yang lebih tinggi dan ramah lingkungan (Fatni mufti dkk, 2006).
Magnetit (Fe3O4)
juga memiliki aplikasi pada bidang industri seperti; keramik, katalis, energy
storage, magnetic data storage, ferofluida, maupun dalam diagnosis
medis. Bahkan kajian mutakhir yang sungguh berada di luar dugaan dan sampai saat
ini masih terus dikembangkan adalah pemanfaatan Fe3O4
pada sistem pengiriman obat-obatan (Drug Delivery System). Perkembangan kajian nano material yang
menuntut bahan Fe3O4 berada dalam orde nano meter (nm).
Terkait dengan hal ini, para peneliti terus mengembangkan beberapa metode. Metode yang sudah
dikembangkan misalnya, dalam pembuatan serbuk Fe3O4
berukuran nano dilakukan dengan; Spray pyrolysis, forced hydrolysis, reaksi
oksidasi reduksi besi hidroksida, irradiasi microwave besi hidroksida,
pembakaran besi (III) nitrat, teknik mikro emulsi, serta teknik preparasi hidrotermal
(Wang dkk, 2000).
Terlepas dari sekian banyak metode yang telah
digunakan dalam fabrikasi partikel nano Fe3O4, para
peneliti juga mengembangkan penelitian dengan melakukan pendopingan. Penelitian
yang telah dilakukan seperti pendopingan Fe3O4 oleh Mn.
Hal ini diharapkan agar diperoleh suatu bahan baru dengan sifat yang lebih
baik, namun sayangnya hal ini masih sedikit dilakukan khusunya dalam skala
nano.(Taufiq, A., dkk 2008).
Salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam
fabrikasi partikel nano Fe3O4 adalah dengan metode high
energy milling (HEM). High
energy milling merupakan teknik unik dengan menggunakan energi tumbukan antara
bola-bola penghancur dan dinding chamber yang diputar dan digerakkan dengan
cara tertentu. Nano partikel dengan cara ini mencapai di bawah 10 nm (Ihsan,
Y., 2006). Keunggulan High Energy Milling adalah dalam waktu yang relatif
singkat dapat membuat nano partikel (memerlukan beberapa jam, tergantung tipe
alat), dapat membuat nano partikel dalam kondisi atau suasana yang dinginkan
saat proses milling, dan juga dapat menghasilkan nano partikel dalam jumlah
yang relatif banyak (Rochman,
N.T., 2009,). Prosedur
penggilingan dengan High Energy Milling adalah serbuk homogen dimasukkan
kedalam sebuah chamber logam dengan beberapa bola baja didalamnya yang bergerak
berputar terus-menerus. Di dalam chamber logam tersebut bola-bola akan saling
bertumbukan. Akibat tumbukan bola ini, maka serbuk homogen yang dimasukkan ke
dalam alat ini akan tertumbuk diantara bola-bola tersebut. Hal ini
mengakibatkan partikel tersebut akan pecah. Begitu seterusnya hingga mencapai
ukuran yang diinginnkan (Ozkaya, T, 2008). Metode ini
dapat dilakukan pada suhu rendah, waktu yang relatif cepat, serta dengan
peralatan yang sederhana. Bahkan, fabrikasi partikel
nano Fe3O4 juga dapat dilakukan dengan mamanfaatkan bahan
alam alternatif, yaitu pasir besi. Berangkat dari uraian
dan kerangka berpikir di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul
”Pengaruh Variasi Suhu Sintering Terhadap Pembentukan Nano Partikel Fe3O4
dengan Menggunakan Metode High Energy Milling (HEM)”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui prosedur sintesis kristal nano magnetit Fe3O4,
pengaruh variasi suhu sintering terhadap struktur kristal nano magnetit Fe3O4 dan untuk memanfaatkan pasir besi yang
melimpah di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metalurgi serbuk dengan menggunakan metode High Energy Milling
(HEM). Metode ini dipilih karena bahan yang
digunakan berbentuk serbuk dan alat ini dapat mereduksi bahan sampai orde nano,
Sehingga dengan semakin
kecilnya ukuran butir diharapkan dapat menambah kekerasan campuran. Metode analisis dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang
digunakan untuk mengukur kekerasan. Pada pengamatan struktur mikro metode analisisnya
bersifat kualitatif untuk pengukuran butiran.
Pada awalnya pasir
besi yang berasal dari Tulungagung digerus dengan menggunakan penggerus
elektrik kemudian dicuci berulang-ulang dengan aquades sampai bersih dari
pengotornya, pencucian dilakukan sampai 9 kali, bahan yang diperoleh dari
pencucian selanjutnya dikeringkan (oven) pada suhu 1000C, kemudian
setelah kering pasir besi diekstrak dengan menggunakan magnet permanen agar
menambah kemurnian bahan dengan menghilangkan bahan pengotor pada bahan pasir
besi tersebut. Bahan yang telah diekstrak, kemudian digerus kembali menggunakan
HEM. Penggerusan menggunakan metode High Energy Milling agar mendapatkan bahan
dengan ukuran nano. Penggerusan dilakukan dengan variasi lama waktu, yaitu 4
jam, 8 jam dan 12 jam dengan kecepatan 1200 rpm.
Setelah proses penggerusan selesai, kemudian hasil penggerusan deangan HEM
diambil 1 gr untuk di XRD. Kemudian sisa dari bahan di buat sampel dengan
dikompaksi dengan tekanan 90 kg/cm2. Bahan yang telah
dikompaksi menjadi bentuk padatan yang kemudian disintering
dengan variasi suhu yaitu 9000C, 10000C, dan 11000C.
Selama proses sintering, tube selalu dialiri gas Argon dengan tujuan untuk
menciptakan lingkungan inert agar tidak terjadi oksidasi.
(a)
(b)
Gambar 1. (a). Vial (chambar) (b). High
Energy milling
Pada mesin
tersebut terdapat vial (sebagai tempat bahan) dan mesin pemutar. Vial berisi
bola-bola baja dan bahan dimasukkan ke dalamnya dengan perbandingan berat bahan
dan bola baja 1:10. Kerja mesin mengocok tabung vial dari belakang
ke luar dengan putaran 1200 putaran per menit. Mesin penghalus multi guna ini mampu merubah
sample yang keras dan mudah pecah menjadi sample yang berbentuk serbuk atau
untuk melakukan ‘mechanical alloying’.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Analisis Uji Kekerasan
Dari analisis uji kekerasan menggunakan microvickers diperoleh datasebagai
berikut:
Table 1. Data hasil uji kekerasan bahan
Lama HEM
|
|
Suhu sintering (0C)
|
|
|
1100
|
1000
|
900
|
4 jam
|
601.7283
|
548.1102
|
234.4897
|
8 jam
|
870.9209
|
372.661
|
358.1549
|
12 jam
|
1203.798
|
784.5025
|
378.3287
|
Dari Tabel 1 tersebut diperoleh informasi
tentang perubahan kekerasan terhadap variasi lama penggerusan dan perubahan
kekerasan terhadap suhu sintering.
Hasil ploting data uji kekerasan dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara lama sintering dan perubahan terhadap kekerasan bahan
Hasil uji kekerasan memperlihatkan bahwa rata-rata bahan mengalami kenaikan kekerasan dari hasil sintering 9000C naik sesuai bertambahnya waktu penggerusan, dan kenaikan
kekerasan juga terjadi pada
suhu sintering 11000C namun pada hasil sintering 10000C
pada bahan dengan lama penggerusan 8 jam mengalami penurunan kekerasan dan pada saat proses penggerusan 12 jam hasil uji kekerasan naik.
KESIMPULAN
Luasnya aplikasi
mutakhir dari Fe3O4 ternyata tidak terlepas dari
perkembangan kajian material yang menuntut berada dalam orde nano meter (nm).
Terkait dengan hal ini, para peneliti terus mengembangkan sejumlah fabrikasi
bahan, sehingga memiliki ukuran nano. Dari
hasil data dan analisis dapat diambil kesimpulan, bahwa semakin lama penggerusan
dengan HEM, maka bahan juga akan memiliki kekerasan yang semakin besar yang artinya bahwa semakin kecil ukuran
butir bahan paduan, maka kekerasan juga akan meningkat dan semakin tinggi
suhu sintering, maka bahan juga akan semakin keras. Bahan memiliki kekerasan
maksimum pada suhu sintering 11000C dan kurang efektif pada penahanan 6 jam. Hal ini
dapat dilihat dari grafik hasil ploting data uji kekerasan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan
terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu jalannya
penelitian ini khususnya kepada yang terhormat bapak Ir.Djoko Hadi Prajitno,MSME
yang telah membimbing penelitian dan kepada pihak BTN-BR BATAN Bandung sebagai
tempat melaksanakan penelitian..
DAFTAR PUSTAKA
Yulianto, A. S.
Bijaksana, W. Loeksmato, (2002). Karakterisasi
magnetik dari pasir besi Cilacap. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia
vol A5 no 0527.
Bijaksana, S. (2002).
Kajian Sifat Magnetik pada Endapan Pasir
Besi di Wilayah Cilacap dan Upaya Pemanfaatannya untuk Bahan Industri.
Laporan penelitian Hibah Bersaing. ITB
Prasetya Aji,
Mahardika. 2008. Kajian magnetic (Fe3O4)
hasil penumbuhan dengan metode Prespitasi barbahan dasar Pasir Besi. Tesis,
Central Library Institute Technology Bandung.
Mufit, Fatni. dkk.
(2006). Kajian Tentang Sifat Magnetik
Pasir Besi dari Pantai Sunur, Pariaman Sumatra Barat. Jurnal penelitian Universitas
Negeri Padang.
Rochman, N.T., 2009,
“Alat Pembuat Nanopartikel Made In
Indonesia”, Nano Indonesia, hlm 1
Ulfa, I., 2006, “Pemanfaatan
Pasir Besi Daerah Jawa Barat Dalam Pembuatan Magnet Lunak Dengan Proses
Metalurgi Serbuk Menggunakan Variasi Tekanan Kompaksi dan Kandungan Nikel”, Tugas Akhir Universitas Jendral
Achmad Yani Bandung.
Wang, C.W., Y. Zhou, X.Mo, W.Q.Jiang, B.Chen, Z.Y.Chen.,
Material Research Bulletin 35 (2000) 755-759.
Lee, D.G., Ponvel, K.M., Hwang, S., Ahn, I.S., Lee, C.H., 2009,
“Immobilization of Lipase on Hydrophobic
Nano-Sized Magnetite Particles”, Journal of Molecular Catalysis B:Enzymatic,
57, 62-66
Ihsan, Y., 2006, “Rancang Bangun dan Karakterisasi Ball
Milling Untuk Proses Penghalusan Serbuk Bahan Magnetik”, Tugas Akhir. Semarang :Universitas Negeri Semarang .
Juhnke, M and Weichert, R., 2009, ”Nanoparticles of soft materials by High-Energy Milling at Low
Temperatures”, Germany :Institute
for Mechanische verfahrenstechnik University
of Thecnology.
Ozkaya, T., Toprak, M.S.Baykal, A., Kavas, H., Koseoglu, Y.,
Aktas, B., 2008, “Synthesis of Fe3O4
Nanoparticles at 1000C and its Magnetic Characterization”,
Journal of Alloy and Compound, 472, 18-23.
Taufiq, A., Triwikantoro., Pratapa, S., Darminto., 2008, “Sintesis Partikel Nano Fe3-xMnxO4
Berbasis Pasir Besi dan Karakterisasi Struktur Serta Kemagnetannya”, Jurnal
Nanosains dan Nanoteknologi, 2, 68-72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar