Bab 17
SINTAKSIS KLAUSA:N
SUSUNAN BERUNTUN
Susunan beruntun
adalah tata urutan segmen-segmen tuturan. Misalnya:
Kita mempelajari bahan
bab ini
S P/V O
Sehingga inti klausa
adalah terdapat tiga unsur utama subjek, predikat dan objek. Tetapi dalam
beberapa bahasa yang terpenting adalah struktur predikat (verba) dan objek.
Susunan VO: verba (V)
dan objek (O) dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia, Tagalog dan Malagasi dan
Arab. Sedangkan struktur OV: objek (O) dan verba (V) dapat ditemukan pada
bahasa Jepang dan Turki. Berikut contoh datanya:
Struktur VO:
(1) Ayah menendang bola. (Indonesia)
(2) Bumili ang nanay ng saging. (Tagalog)
Beli: AJ PT ibu
PNT pisang
Ibu itu membeli pisang
(3) Manasa lamba ny zazavavy. (Malagasi)
Cuci pakaian
itu gadis
Gadis itu mencuci
pakaian
(4) Sa- hada ikalb. (Arab)
Lihat dia anjing: itu
Dia melihat anjing itu
Struktur OV:
(5) Watashi wa hon o mimasu. (Jepang)
1:T PT
buku PSP lihat
Saya melihat buku
(6) Kahveyi- yi sabahlari-sev-im. (Turki)
Kopi AK pagi
suka K 1:T
Saya suka kopi pagi
hari
Konstruksi DM
(berdasarkan rumusan Sutan Takdir Alisjahbana) = Ditentukan-Menentukan
(Diterangkan-Menerangkan) merupakan perwakilan dari VO (verba-objek). Akan
tetapi hukum DM tidak hanya menyangkut urutan verba dan objek/ VO (urutan
konstituen dalam klausa) tetapi juga mengenai susunan berurutan pada tataran
infraklausal yaitu tataran frasal. Misalnya: Ayah anak ini, Ayah merupakan D
(diterangkan) sedangkan anak ini sebagai M (menerangkan). Frasa anak ini bisa
didefinisikan anak sebagai D dan ini sebagai M. Sehingga hukum DM yang bisa
berlaku pada klausa dan frasa disebut sebagai ’keselarasan infraklausal’.
Sedangkan rumusan MD (menerangkan-diterangkan) mewakili OV (objek-verba) dimana
konstituen M mendahului konstituen D.
Tipe-tipe unsur D dan
M pada tataran infraklausal dapat dibedakan pada: (1) frasa nominal, M =
atribut dan D = induk; (2) frasa adposisional, objek adposisi adalah M dan
induknya adalah adposisi tersebut (D); (3) frasa perbandingan/komparatif,
pembaku perbandingan adalah M dan induknya adalah bentuk komparatif tersebut
(D).
Contoh struktur DM/VO
secara infraklausal:
a. Frasa nominal
(Bahasa
Woleai/Mikronesia, daerah pasifik)
(7) wa ttewas
Perahu rusak
(perahu yang rusak
ini)
(8) Sar gach yeel
Anak baik ini
(anak yang baik ini)
b. Frasa preposisional
(Bahasa Woleai)
(9) faal
mai we
di:bawah:nya pohon:
sukun itu
di bawah pohon sukun
itu
(10) woal Mariiken
Dalam:nya Amerika
Di Amerika
c. Frasa komparatif
(Bahasa Woleai)
(11) tti tangi
Bill
Cepat dari Bill
Lebih cepat dari Bill
(12) toulap tangi
sangeras
Banyak dari seribu
Lebih banyak dari
seribu
Contoh struktur MD/OV
secara infraklausal:
a. Frasa nominal
(Bahasa Jepang)
(13) takai kirei na
yama
Tinggi indah PKL
gunung
(gunung yang tinggi
dan indah)
(14) muzukashii kotoba
Sulit kata
(kata yang sulit)
b. Frasa preposisional
(Bahasa Jepang)
(15) yokohama made
Yokohama sampai
Sampai yokohama
(16) sono heya ni
Itu kamar dalam
Dalam kamar itu
c. Frasa komparatif
(Bahasa Jepang)
(17) anata yori takai
Kamu dari tinggi
Lebih tinggi
daripadamu
(18) itaria yori takai
Italic dari besar
Lebih besar daripada
Itali
Keselarasan
infraklausal juga terdapat pada bentuk morfemis. Misalnya dalam nomina dengan
afiks posesif seperti dalam bahasa Indonesia, afiks posesif berupa sufiks
ku-,-mu, atau-nya pada kata ‘ayah’. Prefiks posesif jarang ditemukan pada
struktur OV yang menyatakan milik (kasus jenitif).
Keselarasan
infraklausal secara morfemis dapat dilihat secara jelas dalam kata majemuk.
Bentuk OV/MD memiliki banyak kata majemuk,misalnya: deva-hedanaw (tindakan yang
membuah dewa marah) pada bahasa Sanskerta, yama-nobori (pendakian gunung) dalam
bahasa Jepang. Berdasarkan kedua contoh tersebut, kata majemuk dimulai dengan
‘objek’ pada morfem kedua tetapi objek tersebut tidak dimarkahi seperti pada
frasa verbal. Untuk bisa membedakan yang mana frasa dan kata majemuk, maka
dapat ditambahkan sisipan yang. Misalnya: rumah sakit (rumah yang sakit) atau
jaksa agung (jaksa yang agung). Kedua contoh tersebut tidak gramatikal dan
merupakan kata majemuk dan komponen-komponennya berurutan DM.
Selain terdapat unsur
Subjek, Predikat (verba) dan Objek (bila klausa transitif), masih terdapat
konstituen lain yaitu Keterangan. Ada satu jenis keterangan yang memiliki sifat
yang khas yaitu Penegas, yang berupa bentuk negative, interogatif, kausatif,
refleksif, resiprokal, desideratif, kondisional dan propositif. Berikut contoh
data penegas:
(19) Apakah dia tidak
akan memper-lebar jalan?
(20) Gadis itu tidak
ber-bedak setiap hari.
(21) Kami lalu
ber-surat-suratan ramai selama satu tahun.
(22) Jika saya mau
belajar bahasa Jawa,perlu seorang guru.
Keterangan.
Pada data (19)
ditemukan bentuk penegas: interogatif (apakah), negatif (tidak), propositif
(akan), dan kausatif (memper-). Data (20) terdapat penegas refleksif (ber-).
Penegas resiprokal (ber-/-an) dapat ditemukan pada kutipan (21). Sedangkan
penegas kondisional (jika) dan desideratif (mau) dapat ditemukan pada kutipan (22).
Letak semua konstituen penegas adalah praverbal yang merupakan struktur VO
(yang berbentuk afiks adalah ber-, ber-/-an, dan memper-; sedangkan ber-/-an
adalah konfiks). Letak penegas pada OV adalah posverbal (hanya pada bentuk
verbal).
Penegas merupakan
praverbal dalam VO, dan posverbal dalam OV. Sehingga tempat penegas adalah
tempat yang berseberangan dengan objek (jika ada O) sementara disisi lain
berupa V (verba). Apabila penegasa dilambangkan Pn, maka terdapat dua rumusan:
(1) VO= PnVO dan (2) OV= OVPn. Biasanya VO penegas bisa berbentuk bebas dan
terikat, sedangkan OV penegas berbentuk terikat.
Banyak bahasa yang
mempunyai keselarasan infraklausal yang konsisten, tetapi ada pula yang tidak
berselaras infraklausal seperti dalam bahasa Inggris. Urutan prototipis dalam
klausa adalah VO (pada data (23)) dan OV (pada data (24)). Berikut contohnya:
(23) I will read that
book first.
1:T PRPF baca itu buku
dulu
Saya akan membaca buku
itu dulu
(24) That book I will
read first.
Itu buku 1:T PRPF baca
dulu.
Buku itu akan saya
baca dulu.
Pada data (24) dapat
ditemukan urutan normal (prototipis) dan pendepanan objek: that book
dikarenakan pentopikalisasi objek tersebut. Sehingga bahasa Inggris mempunyai
struktur VO. Keselarasan infraklausal tidak bersifat mutlak dan atribut frasa
nomina mengikuti verba.
Meskipun hanya pada
atribut tertentu, misalnya pada klausa relatif: atribut yang dimarkahi
preposisi of mengikuti nomina induk (pada (25) dan (26), sedangkan adektiva dan
nomina jenetif mendahului nomina induk (pada (27) dan (28):
(25) the book that I
have read
(26) the corner of the
street
(27) a beautiful
painting
(28) John’s car
Hampir semua adposisi
preposisi (29), tetapi juga terdapat posposisi (30):
(29) for Amir; above the table; before dinner
(30) all those efforts
notwithstanding
Data (31): bentuk VO
komparatif yang mendahului pembaku.
(31) tall-er than
father
Keselarasan
infraklausal tidak terpenuhi dalam bahasa Inggris karena berubah dari OV ke VO.
Pada tataran klausal mungkin sudah lengkap tetapi secara infraklausal hukum DM
belum terpenuhi.
Fungsi subjek jika
digabungkan pada VO kemungkinan akan berbentuk: SVO, VSO, dan VOS (pada bahasa
Malagasi); sedangkan bila sunyek digabungkan dengan OV akn berbentuk: SOV, OSV
dan OVS (pada bahasa Indian di Amerika Selatan). Sedangkan urutan V dan S dapat
dibentuk menjadi: VS dan SV. Perbedaannya adalah jika S preverbal dan S
posverbal adalh pragmatis, misalnya dalam bahasa Melayu Kuno.
Pembilang kambang
adalah pembilang yang tempatnya bisa berpindah dalam susunan beruntun.
Pembilang berupa kata seperti bilangan/numeral (satu, seribu dll.) dan non
numeral (banyak, sedikit dll). Meskipun pembilang memodifikasi nomina, tetapi
tidak semua pembilang beratribut sama dan bersifat bebas tidak terikat (pada
kanan dan kiri noun). Contohnya sbb:
(32) Dia sudah banyak
membaca buku.
(32) Saya membeli
empat durian.
(33) I bought all of
them; atau I bought them all
Bab18
SINTAKSIS KLUSA:
KALIMAT MAJEMUK
2
Kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat yang terdiri atas satu
klausa disebut kalimat tunggal/klausa mandiri. Evidensi data sbb:
(1) Sri pergi ke dapur.
(2) Sri mempersiapkan makanan.
(3) Sri membawa makanan ke meja kami di kebun.
(4) {Sri pergi ke dapur}, {mempersiapkan
makanan}, {dan membawa makanan ke meja kami}.
(5) {Sesudah Sri pulang}, {adiknya segera
pergi}.
(6) {Karena Sri baru pulang{sesudah tugasnya
selesai}}{dia tidak dapat menghadiri rapat}.
Keterangan.
Contoh (1)-(3)
merupakan kalimat tunggal (terdiri atas klausa mandiri).
Contoh (4)-(6) adalah
kalimat majemuk. Data (1)-(3) dan (4) merupakan satu rangkaian yang sama,
bedanya adalah sesudah klausa pertama, subjek dapat dilesapkan, dan klausa
terakhir diawali dengan dan.
Dalam data (4) klausa
tersebut berstruktur koordinatif (tidak ada klausa yang lebih tinggi dari
klausa yang lain), sedangkan data (5) terdapat klausa induk (adiknya segera
pergi) dan klausa bawahan (sesudah Sri pulang).
Kalusa induk merupakan
klausa atasan terhadap klausa bawahan, tetapi tidak semua klausa atasan adalah
klausa induk.
Pada data (6) terdapat
tiga tingkatan: kalusa paling atas (dia tidak dapat menghadiri rapat) adalah
klausa induk. Klausa karena Sri [....] meskipun merupakan klausa atasan
terhadap klausa bawahan (sesudah tugasnya selesai) sebaiknya tidak disebut
sebagai klausa induk.
Klausa mandiri
merupakan klausa tunggal, sedangkan klausa gabungan adalah klausa yang harus
digabungkan dengan klausa lain untuk membentuk kalimat majemuk. Klausa gabungan
dapat berupa klausa koordinatif (4),
klausa subordinatif (5) dan klausa induk (6). Klausa mandiri yang
menjadi gabungan klausa dapat berbeda bentuk: klausa mandiri (2) dan (3) wajib
memiliki subjek, sedangkan pada (4) tidak mememerlukan subjek.
Klausa bawahan dapat
dibedakan menjadi klausa tergantung dan berbatasan. Kalusa terkandung adalah
klausa bawahan yang merupakan bagian yang tak terasingkan dalam klausa lebih
atas. Pada data (6) klausa bawahan sesudah tugasnya selesai merupakan bagian
mutlak dari klausa yang lebih atas. Sebaliknya klausa berbatasan tidak mutlak
merupakan bagian esensial dari kluasa lebih atas. Contoh berikut (bercetak
tebal) merupakan klausa terkandung:
(1) {{Yang merepotkan}adalah ongkosnya}.
(2) {{Dia mengira}bahwa temannya masih di Yogya}.
(3) {Hanya penumpang{yang sudah sampai}dapat
ditampung}.
(4) {This will be{what we hoped for}}.
(5) {When evening fell},{we left silently}.
(6) {The weather being fine},{they cancelled
classes}.
(7) {All the things considered},{we must give
way}.
(8) {Meskipun ongkosnya tinggi},{perlu alat itu
kita beli}
Pada data (7), yang
merepotkan merupakan Subjek. Klausa bahwa temannya masih di Yogya (8) merupakan
Objek kalimat. Klausa relatif yang sudah sampai (9) merupakan atribut pada
penumpang dalam frasa penumpang yang sudah sampai. Klausa what we hoped for
(10) merupakan bagian Predikatif (diawali kopila be), sehingga klausa bawahan
merupakan klausa terkandung. Klausa induk (11) we left silently sudah utuh
secara gramatikal, meskipun klausa bawahan when evening fell merupakn
konstituen keutuhan dari segi semantis.
Klausa absolut adalah
klausa bawahan yang tidak memiliki argumen yang terdapat pada klausa lebih
atas, sedangkan klausa relasional memiliki argumen yang terdapat pada klausa
lebih atas. Contoh klausa absolut pada data (12) dan (13). Begitu pula pada
contoh (12), (13) dan (14). Klausa induk (12) they dan classes adalah
argumen-argumennya, frasa nominal pada klausa bawahan adalah the weather. Dalam
bahasa Latin konstruksi absolute dikenal denan ‘ablatif absolut’, karena subjek
dan partisipasia yang berfungsi sebagai predikat dalam konstruksi absolute
berbentuk ablative. Berikut (15) bahwa
deleta adalah partisipia/nonfinit, contohnya:
(15) {Urbe
deleta},{hostes discesserunt} (hancurkan musuh)
Klausa lengkap adalah
klausa yang memiliki predikat, verbal atau non verbal, seperti pada klausa
mandiri. Klausa buntung adalah klausa gabungan yang berfungsi sebagai klausa
dan hanya untuk menyebut topik pada data (19-22) dan (24). Data (25) dan (27),
untuk mengulangi klausa secara anaforis sehigga tidak diperlukan predikat.
(lambang “//“ melambangkan jeda, “*(//)“ melambangkan jeda wajib, untuk topik
dan kata anaforis dicetak tebal.
(19) {Ayah saya
*(//)},{dia tidak mau mendaftarkan diri}.
(20) {Kalau Amir
*(//)}, {kami tidak setuju dengan dia}.
(21) {Menyangkut
rencana saya*(//)}tidak usah saja kita bicarakan}.
(22) {Sering-sering
itu *(//)}mereka tidak tahu tugasnya apa}.
(23)
{Bolehnya*(//)},{boleh!}[dalam konteks; kalau dipersoalkan apakah boleh,ya,
boleh saja!’]
(24)
{Harusnya*(//)},{oleh siapa?}[dalam konteks:’Haruskah demikian?. Tetapi
siapakah yang mengharuskan?’]
(25) {Meskipun
demikian(//)},{kita harus berhati-hati}.
(26) {As for
Jack*(//)},{we cannot help him}.
(27) {If so (//)},{we
should go home}.
(28) {Ano gakkoo
wa},{guraundo ga hiroi desu}.
Keterangan
Data (19), terdapat
frasa nomina (ayah saya) yang menyebut topic seluruh kalimat.
Data (20) nomina
diawali kalau. Terdapat bentuk verbal menyangkut (21) yang berfungsi sebagai
preposisi pemarkah topik. Itu (22) bukan pronomina demonstratif tetapi pemarkah
topic bentuk adverbial.
Verba (boleh dan
harus) (24) yang dinomilasisasikan dengan (nya) untuk menjadi topik. Anaphora
demikian dan so merujuk kepada klausa yang mendahului. Pada data (28), wa
merupakan pemarkah topic dan ga pemarkah subjek.
Klausa buntung disebut
juga adverbial kalimat, contoh data sbb:
(29)
{Sayangnya(//)},{jumlah pipilannya amat rendah}
(30) {Untungnya
(//)},{kita dapat menggunakan system baru}
(31) {Fortunately (//)},{the
weather was beautiful}
(32) {Wisely(//)},{she
spoke to the lawyer}
Data (32) tidak sama
artinya dengan She spoke to the lawyer wisely. Dalam kalimat tersebut wisely
adalah adverbial yang memodifikasi verba spoke (cara bicaranya itu yang
bijaksana), sedangkan yang dinyatakan bijaksana adalah fakta bahwa dia bicara
dengan ahli hukum.
Klausa buntung juga
dapat diartikan bentuk nonfinit.
Klausa gabungan dapat
berupa koordinatif dan subordinatif. Klausa koordinatif adalah klausa yang
bergabung langsung dengan klausa lain, sehingga klausa tersebut tidak ada yang
lebih tinggi dari yang lain. Klausa koordinatif terbagi atas: koordinasi netral
(33)-(34) dan (40), kontrastif (35-36) dan (41), alternatif (38) dan (41) , dan
konsekutif (39) dan (43). Berikut evidensi datanya:
(33) {Kami mencoba
merekam pengalaman dari lapangan},{DAN menuangkannya dalam buku ini}.
(34) {Bunganya padat
dan kompak},{SERTA cocok di tanam di dataran tinggi}
(35) {Hal tersebut kebanyakan
terjadi pada musim penghujan},{TETAPI jarang terjadi pada musim kemarau}
(36) {Cempaka ini
berkayu lunak},{NAMUN tahan lama}
(37) {Mereka
enak-enakan},{PADAHAL kita bekerja keras}
(38) {Tanaman dalam
pot untuk sementara waktu diberi naungan},{ATAU diletakkan di tempat yang
teduh}
(39) {Mesin baru itu
sudah tentu tidak gratis},{JADI perlu mengeluarkan biaya}
(40) {He went
home},{AND wrote letters}
(41) {I don’t
know},{BUT I can look for it}
(42) {We will do this
today},{OR find some other solution}
(43) {I was
confused},{SO I said nothing}
Klausa keterbatasan
adalah klausa subordinatif yang tidak termasuk klausa lebih atas sebagai
konstituen intinya yang berupa klausa adverbial. Klausa adverbial terbagi atas:
temporal (sewaktu, when) (44); kausal (karena, sebab, because) (45);
kondisional (jika, kalau, if) (46); final (agar, in order) (47); konsekutif
(sehingga, so that) (48); dan konsesif
(meskipun, walaupun, although) (49):
(44) {Pemindahan
dilakukan},{SEWAKTU kecambah masih pendek}
(45) {Daun kantil
umumnya berwarna hijau}, KARENA mengandung zat warna hijau}.
(46) {JIKA kendaraan
diangkat}, {gunakan penunjang tetap}
(47) {Susunan dan
komposisi makanan pokok harus ada}, {AGAR ransum memenuhi syarat kesehatan dan
gizi}.
(48) {It began to
rain}, {SO THAT we had to stay at home}.
(49) {ALTHOUGH he was tired }{he walked on}.
Tumpang tindih
koordinasi dan subordinasi
Contoh data:
(50) {Ada gula}.
{Akibatnya ada semut}.
(51) {Ada gula}.
{sehingga ada semut}.
(52) {Kalau ada gula},
{ada semut pula}
(53) {Ada gula}, {ada
semut}.
Keterangan.
Data (50) terdapat dua
kalimat tunggal yang berklausa mandiri. Kata akibatnya memarkahi kalimat kedua
sebagai konsekutif dan bersifat leksikal.
Konsekutif gramatikal
terjadi pada data (51) melalui konjungsi sehingga. Pada (52) merupakan
konsekutif kondisional. Pada (53) tidak perlu ada pemarkahan.
Meskipun koordinasi
dan subordinasi ditemukan pada banyak bahasa, ternyata koordinasi lebih cocok
untuk kalimat berpola VO, sedangkan pola OV lebih tepat untuk subordinatif.
Berikut evidensi datanya:
(54) {Hikooki ga ochi-
te} {hito ga takusan shinimashita}
(55) {Moo sukoshi
kangae- te} {henjo o shimasu}
(56) {Ano hito wa
ookiku- te} {suyoi desu}
(57) {Hamuretto o
yomimashita ga}{zenzen wakarimasen deshita}.
Kalimat (54) dan (55)
menunjukkan subordinasi klausa pertama dibawah klausa kedua tetapi tidak
berkonjungsi koordinatif. Bahasa Jepang tidak mempunyai kata dan sebagai
konjungsi. Sufiks –te pada (54)-(56) merupakan bentuk verba dengan sufiks
nonfinit. Partikel –ga (57) merupakan pemarkah kontras, namun bukan konjungsi
seperti tetapi dan bukan pula konjungsi subordinatif seperti walaupun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar